Posts

Showing posts with the label Newspaper

Kredit Pendidikan untuk Kuliah, Perlukah?

Image
detikcom , 23 Maret 2018  Pemerintah mempertimbangkan untuk menyelenggarakan kembali skema pinjaman pendidikan ( student loan ) untuk membantu mahasiswa-mahasiswi dalam melanjutkan studinya di perguruan tinggi.  Ide ini sebenarnya bukan ide baru, telah diaplikasikan di berbagai negara maju. Indonesia sendiri pada tahun 1980-an telah melaksanakan skema seperti ini, namun terhenti karena banyaknya pinjaman yang tidak terlunasi dan regulasi yang kurang mumpuni. Pertanyaan yang bisa dimunculkan adalah apakah skema pendidikan tersebut layak untuk diaktifkan kembali? Tulisan ini mencoba memberi perspektif dari sudut pandang ketimpangan di pasar tenaga kerja. Argumen utama yang muncul dari perlunya pemberian pinjaman pendidikan adalah untuk membuka kesempatan lebih luas bagi calon mahasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ide ini perlu dikritisi karena memunculkan pertanyaan berikutnya, yakni apa betul lulusan perguruan tinggi mendapat pendapatan lebih baik dari ya...

Mengatasi Masalah dan Gizi Buruk di Papua: Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

Image
Media Indonesia, 24 Januari 2018  Sumber: https://issuu.com/saortua/docs/mediaindonesia-24-01-2018-240120180 Mencermati data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua dan membandingkannya dengan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) provinsi tersebut menunjukkan ada sesuatu yang tidak sinkron.  PDRB menunjukkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu, baik oleh faktor-faktor produksi setempat atau asing. Semakin tinggi PDRB menunjukkan kapasitas perekonomian di daerah tersebut.  Sementara IPM menunjukkan kualitas hidup penduduk yang ada di satu wilayah.  Nilai IPM tersusun dari komponen pendidikan (diukur rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah), kesehatan (dilihat dari usia harapan hidup), dan standar hidup (diukur dari produk nasional bruto per kapita). Semakin tinggi IPM menunjukkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan perekonomian masyarakat semakin baik. Data BPS tahun 2016...

Kota Jangan Memakan Desa

Media Indonesia, 3 Agustus 2015 Jangan melupakan desa. Justru sejarah kota bermula dari sebuah desa, dengan alasan menghemat biaya, berbagai kegiatan ekonomi berkumpul di satu area, dan lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah kota. Desa harus didukung karena desalah yang mendukung kota. Desa berfungsi sebagai pemasok bahan makanan, bahan bangunan, dan air bersih, yang semuanya itu untuk membangun kota. Saat desa tidak lagi berfungsi sebagai pendukung sebuah kota, penduduk kota bisa kolaps. Mereka harus mencari sumber daya ke tempat yang lebih jauh dengan biaya yang lebih mahal. Jangan sampai kota-kota ‘memakan’ desa dengan menyedot warganya untuk pindah ke kota. Urbanisasi yang berlebihan akan meninggalkan generasi tua yang kurang produktif di desa yang kemudian akan melambatkan kegiatan ekonomi di desa. Itu sebabnya desa harus punya daya tarik bagi warganya. Pendapatan dari bertani, melaut, atau berkebun harus bisa menyejahterakan mereka. Dari sisi infrastruktur, jangan ha...

Mudik Aman dan Nyaman

Media Indonesia, 22 Juli 2015 Mudik menunjukkan simbol perantauan. Setelah bertahun-tahun di negeri orang, maka inilah momen yang tepat untuk pulang kembali ke tempat asal, saat semua saudara, kerabat, dan teman lama juga turut kembali pulang.  Momen mudik lebaran juga bertepatan dengan libur panjang semua instansi dan sekolah sehingga sekaligus dimanfaatkan untuk berlibur dan menyegarkan pikiran. Mudik juga menunjukkan simbol kesuksesan, karena mudik juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Uang dari para perantau juga menggerakkan ekonomi lokal, seperti tempat makan, tempat oleh-oleh, tempat wisata, bengkel, bahkan tukang parkir. Namun ada banyak cerita menjengkelkan, sedih, ataupun kecewa pada tradisi mudik ini.  Perihal kemacetan, keterbatasan infrastruktur, saling serobot, gangguan keamanan, atau pelayanan umum yang tidak maksimal. Cerita-cerita tersebut terutama terjadi saat momen mudik dilakukan oleh jutaan orang sekaligus, dalam satu waktu yang sama....

Galakkan Kembali Program Keluarga Berencana

Media Indonesia, 13 Juli 2015 Anak-anak Indonesia semakin tidak aman. Setiap hari muncul berbagai berita yang  menayangkan mereka kerap menjadi korban, seperti penculikan, penyiksaan, dan eksploitasi. Kebanyakan kasus tersebut terjadi pada pasangan yang menikah di usia muda atau berasal dari keluarga menengah ke bawah. Kondisi itu terjadi karena secara psikologi, pasangan yang menikah terlalu dini masih belum cukup matang untuk punya anak. Kondisi anak sebagai korban bahkan bisa berkembang lebih luas ke arah kondisi anak yang belum terpenuhi hak-haknya. Mempunyai banyak anak justru akan membuat anak kurang mendapat kasih sayang. Asal-muasal permasalahan tersebut ialah orangtua yang tidak siap mempunyai anak, baik secara psikologis, pengetahuan, maupun finansial. Pemerintah harus lebih menggalakkan kembali program KB yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat. (Thomas Soseco)

Pemerintah Mencurangi Hukum, Rakyat Mengikuti

Media Indonesia, 2 Februari 2015 Kenyamanan itu menyesatkan. Orang Indonesia yang sudah nyaman dengan negerinya yang gemah ripah loh jinawi lupa bahwa bangsa lain sudah berderap maju jauh meninggalkan Indonesia.  Hal ini bisa dilihat dari kualitas manusia Indonesia yang bisa dilihat dari Human Development Index (HDI).  HDI merupakan indeks komposit yang menunjukkan panjangnya usia dan hidup yang sehat, tingginya pengetahuan, dan tingginya standar hidup. Semakin tinggi HDI maka semakin baik kualitas manusia di suatu negara.  Pada tahun 2013, Indonesia termasuk negara dengan kualitas HDI menengah, berada di posisi 108 dari 187 negara di dunia.  Indonesia satu kelompok dengan Mongolia, Botswana, dan Mesir. Antara sesama negara ASEAN, Indonesia satu grup dengan Filipina, Vietnam dan Timor Leste.  Indonesia sangat jauh dari negara tetangga Australia (di posisi terbaik kedua), Singapura (posisi sembilan), dan Brunei Darussalam (posisi 30).  Masalah...

Subsidi Energi Salah Sasaran

Media Indonesia, 1 September 2014 Jika memang mau idealis, subsidi BBM harus dicabut. Untuk apa menghabiskan uang lebih dari 200 triliun setiap tahun untuk memberi subsidi, yang sudah jelas salah sasaran. Semua orang boleh membeli BBM bersubsidi: orang kaya, orang miskin, pengusaha besar, pedagang kecil, bahkan masyarakat luar negeri.  Bahkan di kawasan perbatasan, BBM bersubsidi jenis solar selalu langka karena selalu disedot untuk perusahaan tambang dan perkebunan serta untuk dijual ke kapal-kapal asing.   Tentu saja aparat yang berwenang seolah tutup mata karena mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan ilegal tersebut. Padahal, uang untuk mensubidi itu berasal dari pajak masyarakat, dari setiap tetes peluh pekerja yang mengumpulkan selembar demi selembar rupiah. Ini semua akibat dari politik yang memegang kekuasaan. Penguasa akan selalu berhitung untung rugi bagi dirinya, bagi masa jabatannya dan bagi kawan-kawan terdekatnya.  Sejak jam...

Perbudakan, Bukti Keserakahan Manusia

Media Indonesia, 13 Mei 2013 Persis seperti yang ditulis Karl Marx lebih dari 150 tahun yang lalu dalam bukunya The Communist Manifesto: masih terjadi eksploitasi buruh oleh majikannya bahkan pada masa kapitalisme.  Eksploitasi ini yang menurut Marx disebabkan oleh sifat sistem kapitalisme itu sendiri yang menihilkan hubungan humanis majikan dengan buruh. Sejatinya, hubungan yang timpang antara buruh dan majikan bukan merupakan hal yang lazim dalam kapitalisme. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan upah dan kesejahteraan buruh justru meningkat pada masa kapitalisme.  Hubungan eksploitatif antara buruh dan majikan lebih merupakan ciri masyarakat feodal, dimana kelas bangsawan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin dengan menindas, menipu serta mengekploitasi kelas pekerja yang jumlahnya jauh lebih banyak tanpa ada satu pihakpun yang mampu menghentikan. Inti masalah eksploitasi buruh ini adalah tentang keserakahan manusia; tentang manusia baik yang menjadi ja...

Masyarakat Harus Sehat

Media Indonesia, 19 November 2012 Tujuan implementasi kartu Jakarta Sehat adalah memberi kemudahan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga DKI Jakarta. Dengan adanya kartu ini, penduduk hanya perlu membawanya untuk dapat mengakses layanan kesehatan di DKI Jakarta secara gratis. Kelak, semua penduduk DKI Jakarta akan mempunyai kartu ini untuk dapat mengakses layanan kesehatan di DKI Jakarta. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan. Pertama, dari sisi sistem, kartu Jakarta Sehat adalah mubazir. Basis data yang dipakai adalah data kependudukan yang diselenggarakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta. Basis data yang digunakan adalah sama dengan data untuk Kartu Tanda Penduduk (KTP).  Maka, seharusnya KTP DKI Jakarta memiliki fungsi yang sama dengan kartu Jakarta Sehat. Jokowi sendiripun berpesan, warga yang belum menerima kartu Jakarta Sehat dapat menggunakan KTP dan Kartu Keluarga (KK) DKI Jakarta untuk berobat. Kedua, kartu Jakart...

Pemerintah Telah Lalai Mengendalikan Kenaikan Harga Barang

Image
Media Indonesia, Senin 25 Juli 2011 Kenaikan harga barang menjelang bulan Ramadhan ibarat penyakit menahun. Bulan Ramadhan adalah saat sebagian besar masyarakat meningkatkan pengeluarannya. Keluarga membeli kue lebaran, pernak – pernik ibadah dan baju baru. Keluarga juga melakukan perawatan kendaraan untuk persiapan mudik, membeli tiket angkutan dan oleh – oleh untuk kerabat. Begitu juga perusahaan, membeli paket sembako untuk dibagikan ke karyawan, membeli parsel untuk dikirim ke mitra kerja, memesan katering untuk acara buka bersama, dan memberi Tunjangan Hari Raya (THR). Semuanya terjadi dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan. Kenaikan pengeluaran masyarakat merupakan salah satu indikasi kenaikan harga. Proses pembentukan harga disebabkan karena adanya proses tawar menawar antara permintaan dan penawaran. Permintaan adalah seberapa besar barang tersebut diminati atau dikonsumsi masyarakat. Semakin tinggi konsumsi masyarakat berarti permintaan semakin tinggi. P...

Tilang Elektronik: Berikan Masyarakat Kenyamanan

Image
Media Indonesia. Senin, 4 April 2011 Sebenarnya ide tilang elektronik ini telah lama diwacanakan. Banyak sisi positif yang dapat diperoleh. Kepraktisan, keandalan, serta meminimalisir peluang penyalahgunaan kekuasaan patut diacungi jempol. Namun, dari itu semua, kendala utamanya adalah sistem administrasi kepemilikan kendaraan yang masih belum sempurna. Acapkali dijumpai kendaraan yang telah berpindah tangan tidak serta merta disertai dengan penggantian identitas kepemilikan. Bukan sekedar malas, namun karena proses birokrasi yang berbelit. Untuk dapat menjadikan kendaraan sebagai milik kita (yang istilahnya diatasnamakan) maka diperlukan KTP setempat. Kemudian diproses di Samsat setempat. Lagi – lagi perlu waktu dan biaya. Itu baru pemilik KTP setempat, bagaimana jika KTP luar kota? Mesti pindah KTP. Untuk pindah KTP, harus mutasi keluar dari daerah asal, kemudian mutasi masuk ke daerah tujuan. Barulah kendaraan dapat diatasnamakan pemilik baru. Pertanyaan besar beriku...

Perampasan Ponsel Kian Marak: Jangan Terbawa Nafsu

Image
Media Indonesia. Senin 21 Maret 2011 Telepon seluler (ponsel) kini sedang mewabah. Harga semakin murah, fitur semakin lengkap, ditunjang kartu perdana dan pulsa yang murah. Maka ponsel kini tampaknya menjadi barang yang tidak akan pernah jauh dari diri kita. Saking murahnya dan saking pasarannya sebuah ponsel maka penggunanya seringkali lalai. Menggunakan ponsel tanpa waspada kondisi sekitar. Semurah – murahnya suatu barang bagi kita, namun tetap masih memiliki nilai bagi orang lain. Bahkan barang bekas yang kita buang ke tempat sampah, masih mampu diolah dan dujual lagi oleh orang lain. Meski ponsel bukan barang mewah, namun tetap barang berharga. Laku puluhan atau ratusan ribu, tetap merupakan uang dan rejeki bagi perampas. Ponsel juga cepat dicairkan. Dalam hitungan menit, ponsel batangan bisa langsung berpindah tangan di pasar barang bekas. Ya itulah uniknya negeri ini. Semua barang bisa dijual lagi. Ponsel bekas, casing bekas, baterai bekas, soft case bekas, apalag...

Berharap Imbas Kenaikan Tarif Dasar Listrik

Media Indonesia. Senin 28 Juni 2010 Tarif Dasar Listrik memang sepatutnya naik. Pemerintah tidak mungkin terus memberi subsidi, yang belum tentu langsung mengenai masyarakat miskin. Namun, lagi – lagi masyarakat berharap banyak kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kalaupun tarif naik, tolong pelayanan juga semakin ditingkatkan. Yang paling disorot yaitu pemadaman bergilir. Di wilayah Riau dulu, sekitar tahun 1990-an tiap hujan deras barang 1 - 2 jam listrik PLN pasti mati. Kenapa Pak? Takut travonya tersambar petir? Di tahun 2000-an, pada musim kemarau listrik pasti padam bergilir. Alasannya tak ada air di bendungan. Kenapa dari dulu sampai sekarang alasan yang terucap adalah hal – hal seperti itu, sementara tarif selalu naik tak berujung. Sekarang, di tahun 2010, semoga alasan – alasan klasik itu tidak terdengar lagi. PLN dan didukung pemerintah daerah sepatutnya memberi listrik yang menyala 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Masa sudah 65 tahun Indonesia merdeka...

Manajemen Kebakaran

Media Indonesia. Senin 5 Juli 2010 Kebakaran besar bermula dari api yang kecil. Seharusnya hal ini sudah bisa diantisipasi sejak dini oleh setiap individu. Pelatihan penanggulangan kebakaran tampaknya harus menjadi agenda rutin setiap instansi atau kelompok masyarakat. Tidak perlu repot memberi materi, tinggal undang dinas pemadam kebakaran setempat. Tidak mengeluarkan uang terlalu banyak, paling hanya untuk mengisi ulang tabung racun api atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Pelatihan yang diberikanpun sangat sederhana, mulai dari pengenalan bahaya kebakaran, bahan mudah terbakar, penanganan kobaran api, penggunaan APAR hingga menyemprot dengan menggunakan mobil pemadam. Bila setiap anggota instansi, atau perusahaan, atau kampus, sudah mendapat pelatihan tersebut, tentu mereka mampu menangani kebakaran kecil di tempat mereka sehari – hari, termasuk di rumah. Tidak lupa peralatan pemadam api yang harus disiapkan. Berapa banyak rumah yang dilengkapi APAR? Atau berapa ...

Indonesia Rawan Pangan

Image
Media Indonesia. Senin 25 Oktober 2010 Para petani di negeri ini tidak malas. Coba lihat, mereka bekerja seharian penuh di sawah. Mereka yang tercekik oleh mahalnya harga benih dan pupuk.  Dan lihatlah mereka yang mesti menanggung mahalnya ongkos transportasi. Tapi mereka tetap terus bekerja, meski dengan imbalan yang tidak sepadan. Mereka adalah orang – orang yang mulia, menyediakan makanan bagi kita.  Nasi, sayur, buah, ikan, daging, telur, semuanya tersedia di meja makan kita karena hasil jerih payah mereka.  Mereka bekerja tidak hanya untuk mendapat penghasilan, tapi agar kita semua bisa makan.  Tapi lihatlah apa imbalan yang mereka peroleh? Tanda jasa? Fasilitas perumahan? Gaji tinggi? Jalan – jalan ke luar negeri? Tidak, sama sekali tidak.  Pun mereka tidak minta macam – macam. Mereka hanya minta, tolong lebih hargai kami. Seperti lagunya Koes Plus “… orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman…”.  L...