Pemerintah Telah Lalai Mengendalikan Kenaikan Harga Barang
Media Indonesia, Senin 25 Juli 2011

Keluarga membeli kue lebaran, pernak – pernik ibadah dan baju baru. Keluarga juga melakukan perawatan kendaraan untuk persiapan mudik, membeli tiket angkutan dan oleh – oleh untuk kerabat.
Begitu juga perusahaan, membeli paket sembako untuk dibagikan ke karyawan, membeli parsel untuk dikirim ke mitra kerja, memesan katering untuk acara buka bersama, dan memberi Tunjangan Hari Raya (THR).
Semuanya terjadi dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan.
Kenaikan pengeluaran masyarakat merupakan salah satu indikasi kenaikan harga. Proses pembentukan harga disebabkan karena adanya proses tawar menawar antara permintaan dan penawaran.
Permintaan adalah seberapa besar barang tersebut diminati atau dikonsumsi masyarakat. Semakin tinggi konsumsi masyarakat berarti permintaan semakin tinggi.
Penawaran adalah seberapa banyak barang yang dijual oleh produsen. Semakin banyak barang yang dijual berarti penawaran semakin tinggi.
Menjelang bulan Ramadhan, permintaan masyarakat akan meningkat. Produsen tidak akan bisa serta merta meningkatkan produksinya berkali – kali lipat, maka yang terjadi adalah produksi cenderung tetap yang harus menghadapi permintaan yang semakin meningkat.
Hal ini akan menyebabkan harga – harga akan meningkat. Masyarakat mau tidak mau menerima dengan kenaikan harga. karena mereka memang sedang membutuhkan barang tersebut.
Kondisi ini juga bermanfaat bagi produsen, karena mereka juga yakin seberapa tinggi harga dipatok, maka akan tetap laku terjual juga. Inilah motivasi produsen dan pengusaha, yakni mengambil untung.
Upaya yang dilakukan untuk menstabilkan harga bisa dari dua sisi: menurunkan konsumsi masyarakat atau menambah pasokan barang.
Upaya pertama yakni menurunkan konsumsi masyarakat tampaknya sulit dilakukan. Lebaran identik dengan baju baru, makan enak, mudik dan duit.
Upaya kedua yang lebih mungkin dilakukan adalah dengan menambah jumlah pasokan barang.
Pemerintah harus memastikan pasokan barang ke masyarakat selalu terjaga. Tidak boleh ada upaya penimbunan barang untuk dijual lagi dengan harga yang tinggi. Selain itu, pemerintah juga dapat menambah pasokan dengan melakukan operasi pasar beras.
Komoditi ini yang merupakan andalan ketahanan pangan nasional, dan sekaligus instrumen memainkan harga. Di sini letak peran penting pemerintah: menjaga kestabilan harga. Dan memang itulah tugas pemerintah yakni menjamin kesejahteraan seluruh rakyat.
Saat pemerintah lalai menjalankan tugas, yang terjadi adalah penyelewengan. Pengusaha dapat dengan mudah menahan penjualan barang, pedagang yang lebih kecil dapat dengan mudah menaikkan harga, pengusaha bermain mata dengan aparat, atau bahkan pemerintah yang hanya memoles citra diri tanpa melihat realita di lapangan.
Maka, operasi pasar yang dilakukan secara sporadis tanpa menjaga kesinambungan pasokan barang tampaknya akan sia – sia belaka.
Dan pemerintahan macam apa yang kalau diminta cuma untuk untuk mengurusi harga telur, daging sapi atau beras yang selalu naik saja tidak bisa, bagaimana bisa dipercaya mengurus persoalan yang lebih besar?
(Thomas Soseco)

Kenaikan harga barang menjelang bulan Ramadhan ibarat penyakit menahun. Bulan Ramadhan adalah saat sebagian besar masyarakat meningkatkan pengeluarannya.
Keluarga membeli kue lebaran, pernak – pernik ibadah dan baju baru. Keluarga juga melakukan perawatan kendaraan untuk persiapan mudik, membeli tiket angkutan dan oleh – oleh untuk kerabat.
Begitu juga perusahaan, membeli paket sembako untuk dibagikan ke karyawan, membeli parsel untuk dikirim ke mitra kerja, memesan katering untuk acara buka bersama, dan memberi Tunjangan Hari Raya (THR).
Semuanya terjadi dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan.
Kenaikan pengeluaran masyarakat merupakan salah satu indikasi kenaikan harga. Proses pembentukan harga disebabkan karena adanya proses tawar menawar antara permintaan dan penawaran.
Permintaan adalah seberapa besar barang tersebut diminati atau dikonsumsi masyarakat. Semakin tinggi konsumsi masyarakat berarti permintaan semakin tinggi.
Penawaran adalah seberapa banyak barang yang dijual oleh produsen. Semakin banyak barang yang dijual berarti penawaran semakin tinggi.
Menjelang bulan Ramadhan, permintaan masyarakat akan meningkat. Produsen tidak akan bisa serta merta meningkatkan produksinya berkali – kali lipat, maka yang terjadi adalah produksi cenderung tetap yang harus menghadapi permintaan yang semakin meningkat.
Hal ini akan menyebabkan harga – harga akan meningkat. Masyarakat mau tidak mau menerima dengan kenaikan harga. karena mereka memang sedang membutuhkan barang tersebut.
Kondisi ini juga bermanfaat bagi produsen, karena mereka juga yakin seberapa tinggi harga dipatok, maka akan tetap laku terjual juga. Inilah motivasi produsen dan pengusaha, yakni mengambil untung.
Upaya yang dilakukan untuk menstabilkan harga bisa dari dua sisi: menurunkan konsumsi masyarakat atau menambah pasokan barang.
Upaya pertama yakni menurunkan konsumsi masyarakat tampaknya sulit dilakukan. Lebaran identik dengan baju baru, makan enak, mudik dan duit.
Upaya kedua yang lebih mungkin dilakukan adalah dengan menambah jumlah pasokan barang.
Pemerintah harus memastikan pasokan barang ke masyarakat selalu terjaga. Tidak boleh ada upaya penimbunan barang untuk dijual lagi dengan harga yang tinggi. Selain itu, pemerintah juga dapat menambah pasokan dengan melakukan operasi pasar beras.
Komoditi ini yang merupakan andalan ketahanan pangan nasional, dan sekaligus instrumen memainkan harga. Di sini letak peran penting pemerintah: menjaga kestabilan harga. Dan memang itulah tugas pemerintah yakni menjamin kesejahteraan seluruh rakyat.
Saat pemerintah lalai menjalankan tugas, yang terjadi adalah penyelewengan. Pengusaha dapat dengan mudah menahan penjualan barang, pedagang yang lebih kecil dapat dengan mudah menaikkan harga, pengusaha bermain mata dengan aparat, atau bahkan pemerintah yang hanya memoles citra diri tanpa melihat realita di lapangan.
Maka, operasi pasar yang dilakukan secara sporadis tanpa menjaga kesinambungan pasokan barang tampaknya akan sia – sia belaka.
Dan pemerintahan macam apa yang kalau diminta cuma untuk untuk mengurusi harga telur, daging sapi atau beras yang selalu naik saja tidak bisa, bagaimana bisa dipercaya mengurus persoalan yang lebih besar?
(Thomas Soseco)