Subsidi Energi Salah Sasaran
Media Indonesia,
1 September 2014
Jika memang
mau idealis, subsidi BBM harus dicabut. Untuk apa menghabiskan uang lebih dari
200 triliun setiap tahun untuk memberi subsidi, yang sudah jelas salah sasaran.
Semua orang boleh membeli BBM bersubsidi: orang kaya, orang miskin, pengusaha
besar, pedagang kecil, bahkan masyarakat luar negeri.
Bahkan di kawasan perbatasan, BBM bersubsidi jenis solar selalu langka karena selalu disedot untuk perusahaan tambang dan perkebunan serta untuk dijual ke kapal-kapal asing.
Tentu saja aparat yang berwenang seolah tutup mata karena mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan ilegal tersebut.
Bahkan di kawasan perbatasan, BBM bersubsidi jenis solar selalu langka karena selalu disedot untuk perusahaan tambang dan perkebunan serta untuk dijual ke kapal-kapal asing.
Tentu saja aparat yang berwenang seolah tutup mata karena mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan ilegal tersebut.
Padahal,
uang untuk mensubidi itu berasal dari pajak masyarakat, dari setiap tetes peluh
pekerja yang mengumpulkan selembar demi selembar rupiah.
Ini semua akibat
dari politik yang memegang kekuasaan. Penguasa akan selalu berhitung untung
rugi bagi dirinya, bagi masa jabatannya dan bagi kawan-kawan terdekatnya.
Sejak jaman orde baru, harga BBM selalu murah agar rakyat senang dan terbuai mimpi indah dan akhirnya menjadi bodoh dan boros.
Sejak jaman orde baru, harga BBM selalu murah agar rakyat senang dan terbuai mimpi indah dan akhirnya menjadi bodoh dan boros.
Masyarakat
menjadi boros dan menggunakan BBM bersubsidi untuk hal yang tidak produktif
karena mereka bodoh dan digiring opini bahwa mereka adalah miskin sehingga akan
selalu layak mendapat BBM bersubsidi.
Padahal,
subsidi BBM menguras anggaran negara, memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang
nakal, membuat yang kaya semakin nyaman dan yang miskin tetap miskin, dan
membuat pemerintah selalu mewariskan masalah ke pemerintahan berikutnya.
Jika ini terus dibiarkan,
Indonesia bisa ambruk.
Subdisi terus menguap, pembangunan infrastruktur berjalan lambat, sektor pendidikan dan kesehatan semakin tertinggal, masyarakat tetap bodoh, dan Indonesia makin masuk dalam cengkraman dominasi negara asing.
Bangsa Indonesia akan menjadi budak di negerinya sendiri, di tempat nenek moyangnya dulu lahir dan membangun kejayaan nusantara.
Subdisi terus menguap, pembangunan infrastruktur berjalan lambat, sektor pendidikan dan kesehatan semakin tertinggal, masyarakat tetap bodoh, dan Indonesia makin masuk dalam cengkraman dominasi negara asing.
Bangsa Indonesia akan menjadi budak di negerinya sendiri, di tempat nenek moyangnya dulu lahir dan membangun kejayaan nusantara.
Subsidi BBM
seharusnya bisa dialihkan untuk mengatasi masalah klasik di Indonesia:
kemiskinan, kebodohan dan infrastruktur.
Subsidi BBM harus bisa membuat pembangunan lebih merata antara Jakarta dan luar Jakarta, antara Jawa dan luar Jawa, dan antara kawasan barat Indonesia dan kawasan timur Indonesia.
Atau setidaknya subsidi BBM bisa dialihkan untuk mencicil utang luar negeri Indonesia.
Subsidi BBM harus bisa membuat pembangunan lebih merata antara Jakarta dan luar Jakarta, antara Jawa dan luar Jawa, dan antara kawasan barat Indonesia dan kawasan timur Indonesia.
Atau setidaknya subsidi BBM bisa dialihkan untuk mencicil utang luar negeri Indonesia.
Maka, pemerintah
harus membuat keputusan tegas tentang BBM bersubsidi: naikkan harga BBM
bersubsidi, untuk Indonesia masa depan.
(Thomas Soseco)