Perbudakan, Bukti Keserakahan Manusia
Media Indonesia, 13 Mei 2013
(Thomas Soseco)
Persis seperti yang ditulis Karl Marx lebih
dari 150 tahun yang lalu dalam bukunya The Communist Manifesto: masih terjadi
eksploitasi buruh oleh majikannya bahkan pada masa kapitalisme.
Eksploitasi ini yang menurut Marx disebabkan oleh sifat sistem kapitalisme itu sendiri yang menihilkan hubungan humanis majikan dengan buruh.
Eksploitasi ini yang menurut Marx disebabkan oleh sifat sistem kapitalisme itu sendiri yang menihilkan hubungan humanis majikan dengan buruh.
Sejatinya, hubungan yang timpang antara
buruh dan majikan bukan merupakan hal yang lazim dalam kapitalisme. Pengalaman
di berbagai negara menunjukkan upah dan kesejahteraan buruh justru meningkat
pada masa kapitalisme.
Hubungan eksploitatif antara buruh dan majikan lebih merupakan ciri masyarakat feodal, dimana kelas bangsawan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin dengan menindas, menipu serta mengekploitasi kelas pekerja yang jumlahnya jauh lebih banyak tanpa ada satu pihakpun yang mampu menghentikan.
Hubungan eksploitatif antara buruh dan majikan lebih merupakan ciri masyarakat feodal, dimana kelas bangsawan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin dengan menindas, menipu serta mengekploitasi kelas pekerja yang jumlahnya jauh lebih banyak tanpa ada satu pihakpun yang mampu menghentikan.
Inti masalah eksploitasi buruh ini adalah
tentang keserakahan manusia; tentang manusia baik yang menjadi jahat karena
dikuasai nafsu berlebih.
Keserakahan manusia itu tidak akan hilang, baik di jaman feodal maupun di jaman globalisasi kini.
Bedanya, pada masa awal peradaban manusia, sistem dan norma masih belum tersusun dengan baik yang kemudian menjadi celah bagi pihak yang kuat untuk menindas yang lebih lemah.
Di jaman modern ini, kita pasti mengeryitkan kening kala mendengar suatu kejadian perbudakan. Bagaimana bisa di jaman serba teratur, yang untuk mendirikan satu toko kecil saja harus menghadapi banyak peraturan, bisa terjadi suatu peristiwa penindasan?
Keserakahan manusia itu tidak akan hilang, baik di jaman feodal maupun di jaman globalisasi kini.
Bedanya, pada masa awal peradaban manusia, sistem dan norma masih belum tersusun dengan baik yang kemudian menjadi celah bagi pihak yang kuat untuk menindas yang lebih lemah.
Di jaman modern ini, kita pasti mengeryitkan kening kala mendengar suatu kejadian perbudakan. Bagaimana bisa di jaman serba teratur, yang untuk mendirikan satu toko kecil saja harus menghadapi banyak peraturan, bisa terjadi suatu peristiwa penindasan?
Terungkapnya realitas perbudakan di
Indonesia di pertengahan tahun 2013 membuka mata kita bahwa bangsa ini masih
belum mapan seratus persen.
Meski berbagai peraturan sudah ada namun mereka seolah menjadi macan ompong kala regulator dan penegak hukum malah cenderung membela pengusaha. Kondisi ini makin diperparah saat alat – alat negara dipergunakan untuk menakut-nakuti buruh yang sedang berselisih.
Meski berbagai peraturan sudah ada namun mereka seolah menjadi macan ompong kala regulator dan penegak hukum malah cenderung membela pengusaha. Kondisi ini makin diperparah saat alat – alat negara dipergunakan untuk menakut-nakuti buruh yang sedang berselisih.
Solusi yang paling mendesak dilakukan
adalah pengungkapan kasus secara menyeluruh, termasuk kaitannya dengan aparat
penegak hukum.
Penyelidikan harus dilakukan untuk mencari tahu bagaimana bisa pemerintah kecolongan akan kasus tersebut, termasuk juga pihak – pihak yang menyuplai tenaga kerja ke pengusaha. Ini menjadi penting dilakukan karena bisa saja ada kemungkinan praktek – praktek serupa masih terjadi di Indonesia yang belum terendus oleh publik.
Penyelidikan harus dilakukan untuk mencari tahu bagaimana bisa pemerintah kecolongan akan kasus tersebut, termasuk juga pihak – pihak yang menyuplai tenaga kerja ke pengusaha. Ini menjadi penting dilakukan karena bisa saja ada kemungkinan praktek – praktek serupa masih terjadi di Indonesia yang belum terendus oleh publik.
Semoga peringatan Mayday tidak hanya menjadi
selebrasi tahunan semata oleh mereka yang mampu turun ke jalanan, berkumpul,
dan menyuarakan aspirasi.
Karena sejatinya, perjuangan justru sedang dilakukan oleh mereka yang dipaksa diam, terbelenggu serta tidak berdaya.
Karena sejatinya, perjuangan justru sedang dilakukan oleh mereka yang dipaksa diam, terbelenggu serta tidak berdaya.
(Thomas Soseco)