Kenaikan Semu Kekayaan Keluarga


Banyak anak banyak rejeki. Rejeki mungkin bertambah banyak, tapi saat orang lain punya rejeki jauh lebih banyak bisa jadi Anda bukan semakin kaya tapi malah semakin miskin.


Big family, problems all the way: small family, happiness all the way. Sumber: https://collections.nlm.nih.gov/catalog/nlm:nlmuid-101455001-img


Gambar di atas adalah poster kampanye perencanan keluarga di India yang diterbitkan oleh Ministry of Health and Family Welfare India pada tahun 1992. Terlihat foto terbagi menjadi dua bagian, dengan satu sisi menunjukkan keluarga besar, dan sisi lain menunjukkan keluarga yang lebih kecil. Masing-masingnya memiliki konsekuensi, yang tertulis di bagian bawah masing-masing gambar.

Di Indonesia, tujuan yang lebih spesifik nampak pada logo lama milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menunjukkan suami istri berpegangan tangan dengan masing-masing didampingi oleh satu anak. 


File:Logo BkkbN.png - Wikimedia Commons

'

Sementara logo baru BKKBN yang diluncurkan tanggal 2 Januari 2020 menunjukkan rupa lebih segar dan kekinian.

Diadopsi dari Lambang Cinta, BKKBN Resmi Luncurkan Logo Baru

Penggunaan logo menunjukkan tujuan organisasi, yakni menciptakan keluarga yang kecil dan bahagia.  Karena seberapa besar sebuah keluarga masih berupa konsep yang abstrak, maka pemerintah butuh sesuatu angka yang pasti untuk mengkomunikasikan program-program perencaannya keluarga ke masyarakat, yakni dengan menetapkan dua anak sebagai jumlah ideal.

Konsep Banyak Anak Banyak Rezeki

Konsep dua anak ideal akan mengeliminasi konsep banyak anak banyak rezeki. Konsep ini merupakan konsep yang dinamis, karena tidak ada ketentuan pasti berapa jumlah anak ideal. Setiap orang akan memiliki definisi dan persepsi yang berbeda dalam menentukan jumlah anak. Tidak ada jawaban yang pasti, karena setiap orang/keluarga memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

Konsep ini juga dibuat dinamis agar dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Petuahnya adalah setiap anak membawa rejekinya masing-masing. Hal ini ditandai dengan pertambahan rejeki yang diterima oleh orang tua, yang sejatinya digunakan untuk membiayai kebutuhan si anak. Karena konsep ini dibuat dinamis, maka konsep ini mungkin saja berlaku pada satu kondisi,waktu, atau lokasi tertentu, namun bisa jadi tidak relevan pada kondisi, waktu, atau lokasi yang lain. 

Bagaimana tahu bahwa konsep ini sudah tidak relevan lagi? 

Untuk menjawabnya kita bisa menggunakan argumen yang dinamis juga. Maka, pernyataan banyak anak banyak rejeki selayaknya disambung dengan apa betul banyak anak akan semakin kaya? Kekayaan adalah konsep yang dinamis juga. Satu orang yang dianggap kaya menurut satu orang, namun belum tentu dianggap kaya juga oleh orang lain. Satu orang dianggap kaya di satu daerah belum tentu dianggap kaya menurut ukuran daerah lain. Satu orang dianggap kaya di satu waktu tertentu, belum tentu dianggap kaya juga di waktu yang lain. 


Wealthy individuals stand on towers of money

Sumber: https://www.wired.com/story/why-are-rich-people-so-mean/


Ketimpangan Kekayaan

Mengapa ada keluarga yang bisa dianggap semakin kaya, sementara ada keluarga lain yang dianggap tidak semakin kaya, hanya gara-gara penambahan satu variabel yang sama (pertambahan jumlah anak)?

Hal ini terjadi karena kondisi setiap orang berbeda-beda, yang bisa dilihat dari posisi awal kekayaan, pola konsumsi, atau pola investasinya. Perbedaan hal-hal tersebut akan membuat perbedaan jalur dan kecepatan akumulasi kekayaan. 

Indikator kekayaan dipilih karena aspek ini merupakan indikator yang komprehensif untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Orang yang kaya biasanya punya pendapatan lebih tinggi. Orang yang punya pendapatan tinggi belum tentu kaya, karena bisa jadi sebagian besar pendapatannya habis digunakan untuk konsumsi. Kekayaan berarti juga ada banyak aset yang tersedia untuk menghadapi krisis. Saat krisis, sebuah keluarga akan menghadapi penurunan pendapatan namun dengan tingkat pengeluaran yang relatif tetap. Oleh karena itu, untuk membiayai pengeluarannya, keluarga tersebut akan berhutang, mengambil dari simpanan, atau menjual aset. 

Kekayaan juga berarti wujud moneter atas kesempatan yang bersifat non-moneter. Seseorang yang diberi kesehatan, keluarga yang harmonis, interaksi sosial baik, berarti juga ia produktif dan dapat bekerja dengan baik, memiliki karir baik, memiliki pendapatan cukup, memiliki literasi finansial yang baik, serta berujung pada akumulasi kekayaan. 

Kekayaan juga dapat diwariskan; orang yang kaya biasanya juga memiliki anak-anak yang kaya. Orang tua yang kaya tidak hanya mewariskan kekayaan melainkan juga menghasilkan anak-anak yang memiliki karakteristik yang membedakan mereka dari anak-anak dari keluarga yang tidak kaya. Contohnya, punya prestasi belajar tinggi (karena tidak sakit-sakitan serta selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah), punya pengetahuan luas (karena punya akses teknologi dan informasi), pengalaman banyak (karena sering jalan-jalan), atau punya jaringan pertemanan luas (karena orangtuanya punya jaringan pertemanan yang luas juga). 

Terlebih, keluarga dengan tingkat kekayaan yang tinggi berarti juga keluarga tersebut mampu memberi/berbagi lebih banyak daripada keluarga dengan tingkat kekayaan lebih rendah.

Hasil Penelitian

Hasil empiris menunjukkan keluarga yang punya banyak anak belum tentu menjadikan mereka semakin kaya. Penelitian ini didasarkan atas pengamatan atas 5.700 keluarga di 284 kecamatan di 13 provinsi di Indonesia pada rentang 21 tahun yakni 1993-2014. Jika kita membagi masyarakat ke dalam 10 kelompok berdasarkan rata-rata nilai kekayaan bersihnya, maka didapat desil 1 sampai 10.

Desil 1 memiliki rata-rata kekayaan bersih Rp.-301 juta, desil 2 memiliki rata-rata kekayaan bersih Rp. 2,6 juta, kemudian desil berikutnya Rp.7,2 juta (desil 3), Rp13 juta (desil 4), Rp20,4 juta (desil 5), Rp30,2 juta (desil 6), Rp44,4 juta (desil 7), Rp68 juta (desil 8), Rp.117 juta (desil 9), dan desil 10 memiliki rata-rata kekayaan bersih Rp.6,3 miliar. Karena kekayaan bersih berarti total kekayaan dikurangi hutang, maka kekayan bersih negatif pada desil 1 berarti total kekayaan lebih kecil dari hutang. 

Kelompok yang mendapat manfaat dari pertambahan jumlah anggota keluarga adalah yang paling kaya (desil 10) dan yang paling miskin (desil 1 dan 2). Artinya, bertambahnya jumlah anggota keluarga berarti penambahan nilai kekayaan bersih. Kelompok masyarakat lain di luar desil tersebut memiliki hubungan negatif antara kekayaan bersih dan jumlah anggota keluarga, yang artinya, penambahan anggota keluarga akan mengurangi kekayaan bersih mereka.

Untuk keluarga di desil 10, pertambahan anggota keluarga akan membuat mereka mengalami kenaikan nilai kekayaan. Namun mereka sudah ada di desil tertinggi, maka mereka akan tetap berada di desil tersebut, sehingga dapat dikatakan mereka akan tetap kaya. Anak-anak yang lahir di keluarga di desil 10 ini biasanya memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh anak-anak dari desil lain. Mereka yang ada di desil 10 juga biasanya akan mencari pasangan yang berasal dari kelas sosial ekonomi yang sama atau tidak terpaut jauh. Maka, meski punya anak banyak, tiap anak berpotensi mendapat jodoh yang sama-sama kaya, sehingga kekayaan akan tetap tinggi. 

Bagi keluarga di desil 1 dan 2, pertambahan jumlah anggota keluarga akan mendorong kenaikan kekayaan. Pada umumnya, anak-anak yang ada di kedua desil ini memiliki lama waktu sekolah lebih pendek, cepat masuk ke dunia kerja, dan menikah lebih dini dibanding anak-anak yang ada di desil lain.

Sementara bagi keluarga di desil 3-9, kenaikan jumlah anggota keluarga akan mengurangi kekayaan bersih. Bagi mereka, pertambahan jumlah anggota keluarga akan membatasi peluang mereka untuk mendapat pendapatan lebih tinggi, misalnya enggan mencoba berkarir di bidang lain, enggan melakukan perjalanan dinas ke luar kota, atau enggan dipindah-tugaskan di kota lain.

Kenaikan yang Semu

Kita juga harus waspada terhadap kenaikan semu atas kekayaan karena pertambahan jumlah anggota keluarga. Pertambahan anak akan menyebabkan pertambahan rezeki, namun belum tentu akan mendorong keluarga tersebut untuk naik ke desil yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena meski keluarga tersebut mengalami kenaikan kekayaan, namun keluarga-keluarga lain juga mengalami kenaikan kekayaan, yang jumlahnya bisa jadi lebih tinggi daripada keluarga tersebut. 

Maka, akan ada tiga kemungkinan hasil kenaikan kekayaan atas penambahan jumlah anggota keluarga. Pertama, pertambahan jumlah anggota keluarga akan mendorong keluarga tersebut untuk naik ke desil yang lebih tinggi. Kedua, pertambahan jumlah anggota keluarga akan membuat keluarga tersebut tetap di desil yang sama. Ketiga, pertambahan jumlah anggota keluarga akan menarik keluarga tersebut ke desil yang lebih rendah.

Untuk alternatif pertama, pertambahan jumlah anggota keluarga dapat mendorong keluarga tersebut untuk naik ke desil yang lebih tinggi terjadi hanya jika keluarga lain yang ada di desil yang sama mengalami kenaikan kekayaan yang relatif lebih rendah daripada keluarga tersebut. Sementara untuk alternatif kedua, pertambahan jumlah anggota keluarga akan membuat keluarga tersebut tetap di desil yang sama terjadi jika keluarga lain yang ada di desil yang sama mengalami kenaikan kekayaan dalam jumlah yang relatif sama. Terakhir, untuk alternatif ketiga, pertambahan jumlah anggota keluarga akan menarik keluarga tersebut ke desil yang lebih rendah terjadi jika keluarga lain yang ada di desil yang sama mendapat kenaikan kekayaan lebih tinggi daripada keluarga tersebut.

Bagi masyarakat yang ada di desil 10 (terkaya), hanya ada dua pilihan yang tersedia: tetap di desil yang sama atau turun desil. Sementara keluarga yang ada di desil 2-9 akan menghadapi tiga pilihan sekaligus: naik desil, tetap di desil yang sama, atau turun desil. Bagi masyarakat yang ada di desil 1, pilihan juga dua, yakni: naik desil atau tetap di desil yang sama. 

Jika kita fokuskan pada desil 1, mereka akan bisa naik desil jika mengalami kenaikan kekayaan yang lebih besar daripada keluarga-keluarga lain yang ada di desil yang sama. Jika hal ini terjadi, mereka mampu naik dari desil 1 ke desil 2, desil 3, atau seterusnya. Dengan kata lain, mereka akan dipandang lebih kaya. Namun jika keluarga di desil 1 tersebut mengalami kenaikan kekayaan yang sama besar dengan keluarga-keluarga lain, maka mereka akan tetap berada di desil yang sama. Dengan kata lain, mereka akan tetap dipandang sebagai keluarga yang paling miskin. 

Upaya untuk meningkatkan kekayaan keluarga, terutama yang ada di desil terbawah ini tidak akan berjalan sukses jika mereka tidak mampu mengatasi kendala dalam akumulasi kekayaan. Jika akumulasi kekayaan didapat dari menaikkan pendapatan dan/atau mengurangi pengeluaran, dan jika pendapatan lebih kaku (berarti tidak mudah untuk meningkatkan pendapatan dalam waktu singkat), maka solusi terbaik adalah dengan mengurangi pengeluaran. 

Jika ada dua keluarga dengan tingkat pendapatan yang sama, namun jika satu keluarga memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak daripada keluarga yang lain, maka keluarga yang lebih kecil tersebut akan memiliki standar hidup lebih tinggi dan bisa mengumpulkan kekayaan lebih banyak daripada keluarga yang lebih besar.

Sebaliknya, jika ada satu keluarga memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak daripada keluarga yang lain, dan mereka berusaha memiliki standar hidup yang sama, maka keluarga yang lebih besar tersebut akan memiliki pengeluaran lebih tinggi dibanding keluarga yang lebih kecil. 

Penutup

Argumen banyak anak banyak rezeki merupakan konsep yang dinamis, yakni hanya cocok pada satu waktu tertentu, pada tempat tertentu, atau pada keluarga dengan karakteristik tertentu. Penambahan variabel yang sama (yakni jumlah anak) belum tentu akan membuat keluarga tersebut akan semakin kaya (dan semakin sejahtera), karena akan bergantung juga pada prestasi/kinerja keluarga-keluarga yang lain. Bisa jadi adanya tambahan anggota keluarga akan membuat satu keluarga dipandang menjadi lebih kaya, tetap kaya, atau malah semakin miskin.

(Thomas Soseco)


Versi lain artikel ini dapat dilihat di: Soseco, T. (2020). Lessons from COVID-19: Small and Financially Strong Family. Jurnal Kependudukan Indonesia, Edisi Khusus Demografi dan COVID-19, Juli 2020, 49-52. DOI: https://doi.org/10.14203/jki.v0i0.577



Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

IFLS: Mencari Variabel

Innovation-Driven Economic Development for Inclusive Well-being: Assessing Household Resilience to Economic Shocks

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

"The Role of Microeconomics and Macroeconomics in Development"

KKN di Desa Penari

Palma Ratio Indonesia