Apakah Kita Mengerjakan Hal-hal yang Berkontribusi Signifikan bagi Pemeringkatan Perguruan Tinggi?

Kenapa tidak menulis blog untuk mendukung pemeringkatan perguruan tinggi?

Pertanyaan ini akan muncul seiring dengan kebutuhan perguruan tinggi untuk mengembangkan platform blog-nya sendiri dan mencari para penulis blog untuk menunjang reputasinya.

Jawabannya: apakah pengembangan blog berkontribusi positif dan signifikan bagi pemeringkatan perguruan tinggi?

Pencarian jawaban atas pertanyaan ini penting agar kita juga bisa mengalokasikan sumber daya, baik waktu, tenaga, dan biaya untuk hal-hal yang lebih penting dan berkontribusi signifikan bagi pemeringkatan perguruan tinggi.

Kita bisa melihatnya dari dari indikator penilaian Times Higher Education (THE) maupun QS World University Rankings (QS), dua pemeringkatan perguruan tinggi yang paling banyak dipakai. 

THE dan QS 

Kerangka pemeringkatan Times Higher Education (THE) maupun Quacquarelli Symonds/QS World University Rankings (QS) berbeda dalam metodologi dan penekanannya. 

THE dan QS menggunakan metodologi yang berbeda untuk menilai universitas. THE melakukan pemeringkatan perguruan tinggi berdasarkan lima aspek: Pengajaran (lingkungan belajar), Penelitian (volume, pendapatan, dan reputasi), Kualitas riset (sitasi, kekuatan riset, keunggulan riset, dan pengaruh), Pandangan internasional (staf, mahasiswa, dan kolaborasi penelitian), dan Industri (pendapatan industri dan paten) (Gambar 1). 

Kelima aspek tersebut memiliki bobot yang berbeda-beda. Bobot terbesar ada pada aspek reseach quality (30%) kemudian disusul teaching (29,5%) dan research environment (29%). Kelima aspek tersebut kemudian dirinci menjadi 18 indikator yang masing-masingnya juga memiliki bobot yang berbeda-beda. Bobot terbesar berada di indikator Research Reputation (18%) kemudian Teaching Reputation (15%) dan Citation Impact (15%). 

Sementara QS menggunakan enam aspek pemeringkatan: Riset, Kesiapan bekerja dan outcome, Keterkaitan global, Pengalaman belajar, dan Keberlanjutan. Untuk masing-masing aspek tersebut tersusun dari beberapa indikator dengan pembobotan yang berbeda-beda (Gambar 2). 

Indikator reputasi akademik memiliki bobot 30%, kemudian sitasi per dosen memiliki bobot 20%, disusul reputas pemberi kerja (15%), rasio dosen dan mahasiswa (10%), dan seterusnya. 

Namun satu benang merah yang bisa diambil adalah baik THE dan QS memberi penekanan besar pada riset dan kualitas riset (dilihat dari sitasi). 

Penekanan pada riset inilah yang kemudian bisa menjadi nilai jual bagi sebuah perguruan tinggi.

Public Engagement 

Public engagement atau keterkaitan dengan masyarakat umum bisa dilakukan perguruan tinggi melalui berbagai saluran seperti website resmi, media sosial, dan blog. 

Website lebih dipakai untuk pengumuman, pernyataan media, dan informasi resmi lainnya. Sementara media sosial diarahkan untuk reminder atau informasi yang bersifat kasual. Kemudian blog berfungsi sebagai diseminasi ilmu yang lebih kasual karena ia lebih bisa menampung lebih banyak informasi dibanding media sosial.  

Pemilihan media penyampaian juga perlu memperhatikan karakteristik konten yang akan disampaikan. Suatu media diperlukan untuk menyampaikan materi yang tidak bisa dijelaskan oleh media lain. Karena jika materi sudah bisa disampaikan secara efektif melalui media lain, maka media tersebut sejatinya menjadi tidak diperlukan lagi.

Engagement ini perlu untuk tetap terhubung dengan stakeholders di pemerintahan, dunia usaha, atau masyarakat umum. Engagement juga perlu untuk calon mahasiswa, calon peneliti, atau perguruan tinggi lain yang ingin bekerjasama.

Namun demikian, dengan khas produk digital yang tidak menerima pembayaran dari konsumen (baca: masyarakat atau calon pengguna) ke produsen (baca: perguruan tinggi), tidak ada diferensiasi harga produk antara satu produk digital dengan yang lainnya. 

Yang lebih urgen adalah dalam perbedaan konten dan layanan. User experience menjadi hal yang penting.

Maka pertanyaan pentingnya adalah apa yang bisa dijual sehingga konsumen atau calon konsumen bisa tertarik ke satu perguruan tinggi daripada perguruan tinggi lain? Apa yang membedakan konten yang diproduksi perguruan tinggi tersebut dengan perguruan-perguruan tinggi lain?

Merujuk kembali ke aspek pemeringkatan di atas, konten yang berkualitas akan dihasilkan dari hasil kinerja yang juga berkualitas. 

Dengan kata lain,, apa yang membedakan hasil-hasil riset di satu perguruan tinggi sehingga perguruan tinggi tersebut lebih unggul dibanding perguruan tinggi lain? 

The Take-home Message

Promosi perguruan tinggi penting untuk meningkatkan public engagement, yang ditunjang dengan konten yang berkualitas.  

Produksi konten yang berkualitas perlu diawali dengan hasil-hasil riset yang berkualitas yang juga merupakan kontributor utama bagi pemeringkatan perguruan tinggi. 

Implikasinya, tidak perlu menghabiskan sumber daya (seperti waktu, uang, dan energi) untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berkontribusi signifikan pada peringkat perguruan tinggi. 

Apakah kita masih mengerjakan hal-hal yang tidak berkontribusi signifikan bagi pemeringkatan perguruan tinggi?

Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Bodoh (?)

Siapa yang Menikmati Kenaikan Pendapatan Terbesar di Musim Mudik?

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

IFLS: Mencari Variabel

KKN di Desa Penari

Peta Kemiskinan Kabupaten Malang