Economic Complexity Index: Indonesia

Produk ekspor suatu negara berfungsi untuk meningkatkan perekonomian bangsa, dengan cara mampu mencapai pangsa pasar yang lebih luas daripada pasar domestik. Dengan demikian, produsen tidak hanya bergantung pada masyarakat dalam negeri sebagai pembeli namun juga masyarakat yang ada di negara-negara lain.

Semakin banyak barang yang diekspor berarti juga semakin banyak pemasukan bagi produsen dan bagi negara. Namun, apakah komoditas yang diekspor tersebut juga memiliki keunggulan dari sisi diversifikasi dan spesialisasi?

Produk yang terdiversifikasi berarti semakin banyak variasi produk, dan semakin banyak keterampilan yang dibutuhkan untuk memproduksi barang. Sementara terspesialisasi berarti produk ekspor tersebut memiliki keunikan yang tidak dimiliki dan tidak mudah ditiru oleh pesaingnya. 

Dengan memiliki komoditas yang terdiversifikasi dan terspesialisasi, suatu negara mampu mengembangkan daya saingnya sehingga lebih tinggi dibanding negara lain. Tidak hanya itu, produk yang terdiversifikasi dan terspesialisasi berarti juga tidak mudah ditiru oleh negara lain karena membutuhkan keterampilan yang lebih tinggi untuk memproduksinya, bila dibandingkan komoditas yang lebih umum atau tidak terspesialisasi.

The Atlas of Economic Complexity <https://atlas.cid.harvard.edu/> yang dikembangkan oleh Harvard Kennedy School of Government memuat visualisasi data tentang prospek pertumbuhan ekonomi suatu negara terutama berkaitan dengan diversifikasi dan kompleksitas kemampuan negara tersebut dalam komoditas ekspor. 

Secara lebih spesifik, publikasi ini memuat Economic Complexity Index (ECI) yang berupa ranking negara-negara berdasarkan diversifikasi dan kompleksitas produk ekspor mereka. 

Semakin tinggi peringkat suatu negara menunjukkan kemampuan negara tersebut untuk memproduksi komoditas yang berkualitas tinggi, semakin terspesialisasi, dan semakin terdiversifikasi. 

Ketiga komponen tersebut yang kemudian membedakan suatu negara dikatakan lebih maju daripada negara-negara lainnya.   

Indeks ini juga mencerminkan prospek pertumbuhan suatu negara di masa mendatang, dimana dengan mengamati perkembangan indeks dari tahun ke tahun, kita dapat melihat jenis-jenis komoditas atau sektor industri yang terus berkembang atau malah semakin menghilang.  

Perbandingan Antar Negara

Gambar 1 menunjukkan perkembangan ECI antar negara dari tahun 1995-2019. Negara-negara maju memiliki peringkat atas dalam indeks ini, negara-negara berkembang berada di posisi menengah, sementara negara-negara miskin ada di peringkat bawah.


Gambar 1. Country Complexity Ranking Map, 1995-2019

Amerika Serikat dan China berada di peringkat 11 dan 16 ECI. Sementara Indonesia berada di peringkat 61 indeks ini. 

Bila dilihat dari perkembangan indeks dari tahun ke tahun, China menunjukkan lompatan besar selama 20 tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat dari peringkat China di posisi 39 di tahun 2000 menjadi peringkat 16 di tahun 2019. Sementara posisi Indonesia relatif tidak berubah selama 20 tahun terakhir, menunjukkan tidak ada kemajuan signifikan dalam hal diversifikasi dan spesialisasi produk ekspor Indonesia. 

Bila dlihat dari persebaran negara-negara berdasarkan ECI, negara-negara di  Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur memiliki indeks yang lebih tinggi, yang menunjukkan mereka tergolong lebih maju dalam hal diversifikasi dan spesialisasi produk dibanding negara-negara lain (Gambar 2).   

Gambar 2. Country Complexity Ranking Map, 2019

Posisi pertama negara dengan kompleksitas dan diversifikasi produk ekspor adalah Jepang, kemudian disusul Swiss dan Jerman di peringkat kedua dan ketiga. Negara tetangga, Singapura, berada di peringkat kelima. Sementara Indonesia berada di peringkat 61. 

Karakteristik produk yang diekspor oleh negara-negara peringkat puncak tersebut dapat dilihat pada Gambar 3-6. Sementara komposisi produk ekspor Indonesia terlihat di Gambar 7. 

 

Gambar 3. ECI Jepang, 2019

Gambar 4. ECI Swiss, 2019

Gambar 5. ECI Jerman, 2019

Gambar 6. ECI Singapura, 2019

Gambar 7. ECI Indonesia, 2019

Gambar 3-6 menunjukkan komoditas ekspor Jepang, Swiss, Jerman, serta Singapura didominasi oleh barang dan jasa yang bertekonologi tinggi. Sebaliknya, produk eskpor Indonesia didominasi oleh produk hasil alam, baik dalam bentuk bahan mentah atau bahan olahannya (Gambar 7). 

Perbedaan dalam komposisi produk ekspor ini juga menunjukkan perbedaan dalam hal kapasitas untuk memberi nilai tambah bagi suatu barang. Negara-negara maju pada umumnya mampu menggunakan teknologi, tidak hanya sebagai sarana hiburan namun juga untuk memberi nilai tambah suatu barang. 

Negara-negara Jepang, Swiss, dan Jerman juga menunjukkan proporsi ICT, atau information and communications technology (atau teknologi) yang berada di tiga besar kontributor ekspor mereka.

Hal ini menunjukkan peran sektor ICT, yang berarti infrastruktur dan komponen yang menggerakkan kemampuan komputasi, bagi suatu negara dan dapat memberi nilai tambah bagi komoditas yang diproduksinya.
 
Sejauh mana masyarakat Indonesia memandang teknologi, bukan hanya sebagai sumber hiburan namun juga agar bisa meningkatkan nilai tambah produk?


(Thomas Soseco)

Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

IFLS: Mencari Variabel

Robustness Check