Cerita Lockdown dari Selandia Baru
Selandia Baru memulai periode lockdown sejak Kamis, 26 Maret 2020 untuk empat minggu ke depan. Lockdown berarti semua orang harus berdiam di rumah dan membatasi perjalanan. Lockdown adalah konsekuensi peningkatan status kewaspadaan tertinggi terhadap pandemi.
Kegiatan luar ruang yang berpotensi cidera atau membutuhkan bantuan tim SAR harus dihentikan. Contohnya surfing dan trekking. Karena sumber daya kesehatan dan SAR akan difokuskan untuk penanganan epidemi. Kegiatan luar ruang yang bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh tetap diperbolehkan, seperti jogging, jalan sehat, atau membawa anjing jalan-jalan.
Sebelum Lockdown
Selandia Baru memiliki empat level kewaspadaan terkait COVID-19, dimulai dari level 1 sampai 4.
Level 1 berarti dimulai kewaspadaan coronavirus. Restriksi perjalanan luar negeri dimulai dengan menolak masuk penumpang dari negara-negara pusat pandemi. Level 2 dimulai kewajiban self isolation 14 hari bagi merek yang pulang dari luar negeri. Pada periode ini Selandia Baru juga menutup pintu masuk bagi semua orang asing. Kegiatan yang melibatkan banyak orang dibatalkan.
Pada level 1 dan 2, belum ada bukti nyata penularan lokal. Pasien positif pada umumnya adalah mereka yang baru pulang dari luar negeri.
Level 3 berarti kewaspadaan ditingkatkan, virus sudah diduga menulari masyarakat yang tidak punya riwayat perjalanan ke luar negeri. Lokasi kejadian tempat ditemukannya pasien suspek corona ditutup sementara. Level 4 berarti kewaspadaan puncak, semua orang membatasi interaksi dengan orang lain.
Perdana Menteri Selandia Baru menaikkan status dari level 2 ke level 3 di siaran langsungnya di TV pada hari Senin siang, 23 Maret 2020. Disampaikan pula informasi bahwa level 4 akan dimulai dua hari berikutnya, yakni hari Kamis 26 Maret 2020 setelah tengah malam.
Konsekuensi Lockdown
Semua orang harus berdiam di rumah. Tidak boleh berpergian kecuali untuk hal yang mendesak. Hal yang mendesak contohnya belanja bahan makanan, berobat atau membeli obat, dan bekerja di sektor usaha yang esensial.
Sekolah dan kampus tutup. Tempat publik tutup. Contohnya perpustakaan, gym, museum, dan bioskop. Disarankan untuk menghindari taman bermain (karena ada potensi sentuhan di alat bermain atau bangku taman) dan pantai (karena jarak aman 2 meter antar individu mungkin tidak terpenuhi).
Restoran dan kafe tutup. Layanan delivery makanan berhenti.
Sektor usaha esensial tetap buka, contohnya:
1. Supemarket, karena menjual bahan makanan, baik kemasan (seperti susu dan roti), atau mentah (seperti daging, sayur, buah, telur) dan juga dairies karena menjual bahan makanan kemasan.
2. Apotek, rumah sakit, dan klinik.
3. Panti jompo (rest home).
4. Bank dan asuransi.
5. Kantor pos dan layanan kurir.
6. Layanan transportasi publik: bus kota, kereta komuter, taksi, angkutan online.
7. Layanan publik: pengangkutan sampah.
8. Layanan utility: listrik, air, telpon, internet.
9. Layanan hospitality: hotel, asrama mahasiswa, termasuk layanan pendukungnya seperti housekeeping, laundry, katering.
Namun ada tempat usaha yang buka secara terbatas. Yakni tempat usaha yang mendukung usaha atau pekerja di sektor esensial. Ada pengaturan atau pembatasan tertentu, seperti layanan pembelian hanya melalui online, pembelian hanya kepada member, pembelian hanya kepada retailer dan bukan end user, atau layanan bersifat on call. Contohnya adalah toko bahan bangunan, servis barang elektronik, dan bengkel kendaraan bermotor.
Panic Buying
Secara umum panic buying berlangsung namun dalam skala kecil. Pada awal mula, barang-barang yang dibeli adalah barang kebutuhan pokok dan makanan yang tahan lama. Contohnya: hand sanitizer, tisu toilet, disinfektan, makanan kaleng, dan makanan kering.
Menjelang diberlakukannya lockdown, lonjakan pembelian kembali lagi. Kali ini yang dibeli adalah bahan makanan yang mudah busuk, seperti buah, daging, dan sayur. Barang lain yang diburu adalah peralatan memasak dan mainan, sepeti PlayStation dan Lego.
Membatasi Frekuensi Keluar Rumah
Bagi setiap keluarga, kunci dari keberhasilan lockdown adalah membatasi frekuensi keluar rumah. Meski supermarket tetap buka, namun setiap keluarga harus mengantisipasi antrian yang mengular.
Antrian ini disebabkan oleh, antara lain, Pertama, jam buka supermarket yang semakin pendek. Misalnya, dari sebelumnya buka jam 07.00 sampai 21.00 menjadi sekarang hanya buka 08.00 sampai 20.00.
Kedua, pembatasan jumlah orang yang berada di satu ruang supermarket pada saat yang sama. Misalnya, dalam waktu normal satu ruang bisa menampung 20 orang di saat yang bersamaan, maka sekarang hanya dibatasi 5 orang. Hal ini berguna untuk menjaga jarak antar orang agar tidak terlalu berdesakan.
Mengurangi frekuensi belanja juga dipengaruhi oleh jenis barang yang akan dibeli.
Suatu barang dapat dipilah menjadi dua: makanan dan non-makanan.
Suatu barang dapat dipilah menjadi dua: makanan dan non-makanan.
Bahan makanan juga dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, bahan makanan yang mudah busuk (tidak tahan lama). Contohnya sayur, buah, daging, susu cair, dan telur. Kedua, bahan makanan yang tidak mudah busuk. Contohnya makanan kaleng, makanan ringan, bumbu masak, gula, kopi, dan susu bubuk.
Sementara barang non-makanan dipilah menjadi dua jenis. Pertama, barang kebutuhan rumah tangga yang habis pakai. Seperti perlengkapan mandi, perlengkapan mencuci, dan perlengkapan pembersih rumah. Kedua, barang kebutuhan rumah tangga yang tidak habis pakai. Seperti pakaian, furniture, dan barang elektronik.
Barang non-makanan yang tidak habis pakai sudah harus dimiliki sebelum lockdown. Terlebih pada saat lockdown, kebanyakan toko yang bukan esensial, yakni yang menjual barang-barang tersebut, akan tutup.
Barang kebutuhan rumah tangga yang habis pakai dan bahan makanan yang tidak mudah busuk idealnya juga sudah terbeli sebelum lockdown, dengan memastikan stok cukup sampai masa lockdown berakhir. Ini bertujuan agar tidak repot harus keluar rumah hanya untuk membeli kedua jenis barang tersebut.
Terakhir, bahan makanan yang mudah busuk. Untuk tipe ini, penyimpanan yang terlalu lama akan mengurangi kualitas barang tersebut, sampai pada satu titik tidak bisa dikonsumsi lagi (busuk). Pilihan terbaik adalah membeli secukupnya dan kemudian keluar untuk belanja saat stok sudah habis.
Jika Harus Keluar Rumah
Jika harus keluar rumah, seseorang harus melakukan hal-hal berikut:
1. Jaga jarak aman 2 meter antar individu.
2. Hindari kontak yang tidak perlu dengan permukaan apapun. Atau gunakan sarung tangan.
3. Sering-sering cuci tangan dengan air selama 20 detik (ekuivalen dengan menyanyikan lagu Happy Birthday sebanyak dua kali). Atau gunakan hand sanitizer. Contohnya, cuci tangan sebelum berangkat keluar, sebelum masuk toko, sebelum pegang troli belanja, sebelum masuk kendaraan, dan sebagainya.
4. Setelah pulang ke rumah, jangan duduk atau pegang benda apapun di rumah. Langsung mandi dan cuci semua pakaian yang dipakai setelah dari luar.
5. Jangan keluar rumah jika sedang sakit.
6. Hanya satu orang dari tiap keluarga yang boleh keluar rumah.
7. Jika keluar rumah untuk belanja, utamakan pembayaran non-tunai (cashless payment) atau nir-kontak (contactless payment). Bawa tas belanja sendiri. Buat daftar belanjaan agar durasi belanja lebih cepat. Jangan pilih-pilih barang terlalu lama.
Update:
Periode lockdown New Zealand dimulai 26 Maret 2020 pukul 00:01 dan berakhir 27 April 2020 jam 23:59.
New Zealand memasuki Alert Level 3 pada 28 April 2020 jam 00:01 dan berakhir 13 Mei 2020 jam 23:59.
New Zealand memasuki Alert Level 2 pada 14 Mei 2020 jam 00:01.
New Zealand memasuki Alert Level 1 pada 9 Juni 2020 jam 00:01.
Update: Respons NZ terhadap pandemi COVID-19 secara kronologis di timeline
(Thomas Soseco)