"Bye-bye" Kantor Cabang Bank
Untuk layanan perbankan, banyak nasabah yang memilih bertransaksi di kantor cabang yang dekat dengan rumah atau tempat aktivitas. Hal ini akan menguntungkan karena mereka bisa menekan biaya transportasi dan hemat waktu.
Tingginya peminat ini berarti juga tuntutan dunia perbankan untuk membuka kantor cabang baru juga tetap tinggi. Padahal membuka kantor cabang baru sama artinya dengan tambahan biaya bagi bank, seperti sewa gedung, sewa peralatan, gaji pegawai, dan biaya operasional. Ditambah lagi dengan biaya risiko karena bank menyimpan uang dalam jumlah besar.
Dampaknya, bank butuh keuntungan atau margin yang cukup untuk menutupi biaya-biaya tersebut.
Sumber keuntungan terbesar bank adalah dari net interest margin (NIM), yakni selisih antara bunga yang diterima dari pinjaman dan bunga yang harus dibayarkan untuk simpanan. Sumber-sumber lain adalah biaya administrasi dan biaya jasa bank.
Pada Februari 2020, NIM di perbankan di Indonesia sekitar 4,81% (Statistik Perbankan Indonesia). NIM ini juga bervariasi berdasarkan skala perbankan, yang dilihat dari kriteria Bank Umum Berdasarkan Kelompok Usaha (BUKU).
Pembagian perbankan berdasarkann BUKU adalah:
- BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti sampai dengan kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah);
- BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah);
- BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah) sampaidengan kurang dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah); dan
- BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah).
NIM perbankan berdasarkan kriteria BUKU adalah sebagai berikut:
- BUKU 1 sebesar 4,86%
- BUKU 2 sebesar 4.43%
- BUKU 3 sebesar 3.61%
- BUKU 4 sebesar 5.45%
Terlihat bahwa semakin tinggi modal bank, maka NIM relatif semakin tinggi. Menariknya, kelompok bank yang memiliki modal terbesar (yang masuk BUKU 4) justru memiliki NIM paling tinggi. Bank-bank tersebut adalah BRI, BNI, Mandiri, BCA, CMB Niaga, Panin, dan Danamon
Suku bunga kredit ini juga dipengaruhi oleh suku bunga simpanan. Sebenarnya bank bisa menurunkan suku bunga kredit jika suku bunga simpanan juga turun. Namun penurunan suku bunga simpanan ini berpotensi membuat nasabah tidak mau lagi menyimpan uangnya di bank.
Pengaruh Secara Spasial
Secara spasial, penambahan kantor cabang bank yang dekat dengan konsumen akan mengurangi nilai kekayaan bersih konsumen tersebut. Hal ini didasarkan pada pengamatan atas lebih dari 5.700 rumah tangga di 13 provinsi selama 21 tahun (1993-2014).
Nilai kekayaan bersih berarti nilai kekayaan dikurangi dengan hutang. Nilai ini adalah untuk setiap keluarga, yang nilainya disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.
Variabel yang diukur adalah jarak rumah responden ke kantor cabang bank. Jarak yang bertambah berarti jarak bank semakin jauh dari reponden. Sementara variabel jarak yang semakin menurun berarti adanya kantor cabang bank baru di dekat rumah responden.
Hasil pengamatan menunjukkan nilai koefisien yang negatif dan kecil. Berarti, adanya kantor cabang baru yang dekat dengan rumah responden membuat nilai kekayaan bersih mereka semakin berkurang, meski pengaruhnya sangat kecil.
Penambahan kantor cabang berarti perbankan masih tetap mempertahankan jarak yang lebar antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Masyarakat yang meminjam uang dari bank akan berhadapan dengan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi. Hal ini berarti juga pembayaran angsuran hutang yang relatif tinggi. Padahal, jika nominal angsuran bisa dikurangi (karena tingkat suku bunga pinjaman lebih rendah), uang yang seharusnya untuk membayar angsuran bisa disimpan atau untuk membeli aset lain.
Tidak dipungkiri, perbankan adalah salah satu sumber pinjaman bagi keluarga seperti untuk membeli properti, kendaraan, atau barang modal. Jenis barang tersebut akan menjadi aset bagi rumah tangga, yang nilainya akan menambah keseluruhan total aset. Namun adanya status hutang yang melekat akan mengurangi nilai aset tadi.
Bukan tidak mungkin, barang yang dibeli dengan hutang tadi justru memiliki nilai yang semakin rendah sehingga nilai hutang akan lebih tinggi dari nilai barang. Akibatnya, nilai kekayaan bersih keluarga akan negatif. Artinya, meski barang tadi dijual untuk menutupi hutang, keluarga tersebut masih akan tetap memiliki sejumlah hutang yang tidak terbayarkan. Contohnya, membeli kendaraan dengan cara hutang, padahal nilai kendaraan tersebut selalu menurun dari tahun ke tahun.
Atau bisa jadi hutang tersebut tidak memberi nilai tambah bagi aset keluarga, seperti kartu kredit dan kredit tanpa agunan. Kedua jenis hutang ini bisa didapat masyarakat saat mereka semakin mudah mengakses perbankan.
NIM Indonesia Selalu Naik
NIM bank sejak tahun 1990-an selalu mengalami peningkatan. Penurunan drastis ada di tahun 1997-1998 saat Indonesia memasuki krisis moneter.
Hal ini harus memberi kesadaran kita bahwa meski jarak kantor cabang mempengaruhi kekayaan bersih keluarga memiliki pengaruh yang sangat kecil, namun karena tren yang semakin meningkat ini berpeluang membuat hubungan akan terus negatif selama beberapa waktu ke depan.
Hal ini juga diperparah dengan posisi NIM Indonesia yang tertinggi dibanding beberapa negara tetangga. Hal ini berarti juga perbankan Indonesia masih beroperasi dengan efisiensi yang lebih rendah dibanding perbankan di negara lain.
Peningkatan efisiensi perbankan ini, ditandai dengan kantor cabang yang semakin sedikit, diharapkan akan menurunkan NIM perbankan di Indonesia. Secara tidak langsung, nilai kekayaan bersih masyarakat diharapkan dapat meningkat.
Epilog
Bagi masyarakat, kenyamanan bertransaksi di kantor cabang yang dekat dengan rumah membawa konsekuensi biaya perbankan yang harus ditanggung bersama. Hal ini muncul di tingginya tingkat suku bunga pinjaman yang harus dibayarkan. Oleh karena itu, upaya bersama untuk menghindari kenaikan biaya perbankan tadi adalah membatasi bertransaksi di kantor cabang dengan misalnya dengan memprioritaskan penggunaan transaksi elektronik.
(Thomas Soseco)