Modal Awal Generasi Milenial Memiliki Rumah

Government acknowledges failure to reach housing target
Ilustrasi. Pengerjaan Rumah Subsidi di Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah. (Foto: Aditya Pradana Putra/ ANTARA)


Kebutuhan utama bagi anak muda dan keluarga-keluarga muda adalah memiliki hunian sendiri. Tidak sepatutnya mereka terus menerus menyewa rumah atau tinggal dengan orang tua.

Karena memiliki rumah sendiri memberi berbagai keunggulan, seperti kemandirian, status yang lebih tinggi di masyarakat, termasuk manfaat ekonomi yakni nilai rumah yang semakin meningkat dan sekaligus memberi nilai guna bagi penghuninya.

Bagi kebanyakan masyarakat, rumah tapak atau landed house juga harus menjadi prioritas. Jumlah tanah yang relatif tetap tidak sebanding dengan permintaan yang semakin meningkat.

Publikasi Badan Pusat Statistik (2019) menunjukkan bahwa 79,61% penduduk Indonesia memiliki rumah sendiri.

Sementara publikasi lain Badan Pusat Statistik (2011) menunjukkan bahwa di tahun 2010 persentase penduduk perkotaan yang memiliki rumah sendiri adalah 67,90% sementara penduduk perdesaan yang memiliki rumah sendiri adalah 87,31%. Kondisi ini tergolong tinggi di antara negara-negara lain.

Tingginya angka kepemilikan rumah di Indonesia tersebut diprediksi karena adanya berbagai cara bagi rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri, tidak hanya harus membeli rumah baru dari developer.

Setidaknya tiga cara dalam memiliki rumah sendiri, yakni membeli rumah baru dari developer, membeli rumah seken, dan membangun rumah sendiri.

Pertama, membeli rumah baru dari developer.

Keunggulan dari jenis ini adalah lingkungan perumahan yang lebih tertata rapi, legalitas yang terjamin, kemudahan pembayaran, serta kebebasan dalam menentukan lokasi.

Kekurangannya, perumahan-perumahan baru biasanya berlokasi lebih ke pinggiran kota. Sementara perumahan baru yang berada di pusat kota semakin jarang dan jikapun ada, maka harganya semakin tidak terjangkau.

Kedua, membeli rumah seken.

Keuntungannya adalah biasanya harga lebih rendah dengan lokasi lebih strategis. Kemudian, lingkungan sekitar yang sudah ramai dan berkembang baik.

Kekurangannya, pembeli harus jeli melihat legalitas rumah, kondisi sekitar, dan biasanya perlu biaya tambahan untuk perbaikan dan menyesuaikan desain rumah dengan kebutuhan pembeli.

Ketiga, membangun rumah sendiri.

Keuntungannya adalah kebebasan dalam menentukan desain dan jadwal membangun, termasuk menyesuaikan dengan kemampuan finansial.

Kekurangannya adalah membutuhkan modal awal yang besar untuk membeli tanah, modal untuk membangun, serta membutuhkan waktu yang lebih lama.

Ketiga cara di atas memiliki satu kesamaan: yakni membutuhkan modal awal.

Bagi seseorang atau keluarga yang membeli rumah dengan cara kredit, baik rumah baru maupun rumah seken, dibutuhkan sejumlah uang untuk uang muka ditambah dengan biaya-biaya, seperti biaya administrasi dan biaya pencarian.

Sementara jika mereka ingin membangun rumah sendiri, di luar harga tanah, maka mereka harus menyediakan modal awal untuk membuat desain, mengurus perijinan, dan memulai pengerjaan fisik; yang biasanya hal ini ditangani oleh pemborong.

Modal tersebut dapat berasal dari kekayaan yang dimiliki oleh rumah tangga atau seseorang.

Kekayaan dapat berupa tabungan, properti, kendaraan, perhiasan, dan sebagainya. Saat membutuhkan dana segar, mereka dapat mengkonversikan (seperti: menarik tabungan atau deposito, menjual kendaraan, atau menggadaikan perhiasan) kekayaan tersebut.

Maka, fokus bagi para anak muda dan keluarga-keluarga muda hendaknya bukan hanya memperbesar penghasilan namun juga meningkatkan kekayaan.

Semakin tinggi penghasilan seharusnya berarti juga semakin tinggi nilai kekayaan yang dimiliki.

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check