Pengelolaan Keuangan saat Studi di Luar Negeri dengan Membawa Keluarga



Pengalaman studi di luar negeri membutuhkan perencanaan matang termasuk dalam hal keuangan. Perencanaan akan lebih kompleks jika Anda membawa serta keluarga. 

Keuntungan yang didapat adalah jika Anda berencana membawa keluarga selama studi di luar negeri adalah adanya pengalaman baru untuk seluruh anggota keluarga.

Namun beberapa tantangan yang muncul adalah terkait dengan biaya, pengaturan keuangan, aset/ bisnis yang ditinggalkan, kelangsungan pendidikan anak, serta keberlanjutan karir pasangan.

Tulisan ini membahas persiapan untuk studi di luar negeri dengan fokus pada aspek keuangan terutama bila membawa keluarga (pasangan dan anak).

 

Mengatasi Tantangan

Setiap calon siswa perlu mengatasi tantangan untuk studi lanjut di luar negeri dengan cara melakukan persiapan sejak dini, mengenali negara tujuan, serta mengindentifikasi kebutuhan keuangan. 

Langkah pertama adalah melakukan persiapan sedini mungkin terkait akademik dimana calon siswa harus terus menerus mempersiapkan proposal riset dan CV untuk mendapatkan letter of acceptance dari kampus yang dituju. 

Langkah kedua terkait dengan persiapan administrasi yang meliputi persiapan bahasa asing, translasi dokumen, dan pengajuan visa. Termasuk juga di dalamnya pengajuan ijin dari atasan (jika sudah bekerja) termasuk bagi pasangan, mengurus aset dan properti yang ditinggalkan, juga mengurus kepindahan sekolah anak.

Jika ingin membawa keluarga, maka persiapan administrasi ini hendaknya dilakukan untuk semua anggota keluarga yang lain, meski waktu keberangkatan ke negara tujuan kelak berbeda-beda.

Langkah ketiga adalah persiapan keuangan yang meliputi identifikasi potensi sumber-sumber finansial seperti dana sendiri, beasiswa, dan sebagainya serta potensi pengeluaran yang masih harus dibayarkan di Indonesia seperti tagihan dan angsuran.

Perlu juga mengindentifikasi tambahan sumber penghasilan di negara tujuan melalui kerja paruh waktu dan pasangan yang bekerja. Hal ini bergantung pada regulasi negara tujuan. Beberapa negara membolehkan mahasiswa asing untuk bekerja part-time sesuai jenjang pendidikannya, misalnya di Selandia Baru, mahasiswa S1 dan S2 boleh bekerja maksimum 20 jam per minggu sementara mahasiswa S3 boleh bekerja tanpa ada batasan waktu.

Cek juga dengan regulasi pemberi beasiswa. Tidak semuanya membolehkan untuk bekerja.

Sementara peluang bagi pasangan yang ingin bekerja juga bergantung pada ijin tinggal/ visa yang didapat. Pada banyak negara, pasangan bagi mahasiswa asing yang sedang studi akan mendapat visa kerja sehingga membuat ia bisa bekerja tanpa ada batasan waktu.

Ini juga berguna agar pasangan juga memiliki aktivitas saat si anak sedang bersekolah.

Langkah keempat adalah mengenali negara tujuan studi sedini mungkin terutama dalam kaitannya dengan hal keuangan. Kita perlu mengetahui perkiraan harga-harga barang di negara tujuan seperti rata-rata harga sewa rumah, harga makanan, upah pekerja, tarif transportasi, atau biaya sekolah anak. Juga pengenalan sistem keuangan, misalnya cara membuka rekening bank, dokumen-dokumen apa saja yang dibutuhkan termasuk sistem pembayaran yang banyak dipakai masyarakat.

 

Identifikasi Hal Keuangan: Pengeluaran

Pengeluaran terkait studi terbagi dua yakni, pertama, pengeluaran di dalam negeri yang dilakukan untuk persiapan keberangkatan dan pembiayaan saat pulangan atau selesai studi. Yang kedua adalah pengeluaran yang diperlukan selama masa studi di luar negeri.

Beberapa komponen pengeluaran diperlukan sebelum dan selesai studi seperti mengurus administrasi keberangkatan (visa, legalisir, tes kesehatan, SKCK), persiapan keberangkatan (persiapan bahasa asing, pencarian kampus tujuan, translasi dokumen), pencarian beasiswa (mencari informasi, seleksi, pembekalan, persiapan keberangkatan), biaya kepindahan (seperti untuk mengurus aset dan mengurus bisnis), mengurus kepindahan bagi pasangan dan anak, serta biaya tiket pesawat, asuransi, dan pembayaran uang sekolah di awal.

Sementara beberapa komponen pengeluaran yang diperlukan selama studi di luar negeri adalah biaya kepindahan (untuk mencari hunian, membeli perabot), biaya kuliah (termasuk tuition fee, biaya riset, penunjang kuliah seperti alat tulis, komputer, alat praktikum), pembayaran asuransi, pengeluaran untuk hunian, makan minum, kebutuhan personal, kebutuhan rumah tangga, transportasi, komunikasi, rekreasi, biaya pendidikan anak, dan biaya kepulangan untuk reuni.

Pada umumnya, standar biaya hidup setiap negara dapat dilihat di berbagai website penyedia informasi seperti lembaga pemberi beasiswa, kampus tujuan, pemerintah negara tujuan, atau pihak ketiga.

Tentu saja, tinggi rendahnya biaya hidup riil akan bergantung pada gaya hidup setiap individu, yang notabene, semakin tinggi atau mewah gaya hidup biasanya berbanding lurus dengan biaya hidup.

Perlu bijak mengatur gaya hidup karena tinggal di luar negeri dengan sumber-sumber keuangan yang terbatas ditambah lagi adanya jarak dan jeda waktu pengiriman dana antar negara membuat seseorang harus cermat mengelola keuangannya.

Hal ini juga untuk mengantisipasi kondisi krisis dimana tetap ada potensi penurunan pendapatan karena keterlambatan pengiriman beasiswa atau penurunan jumlah kiriman uang dari keluarga. Ditambah lagi pengeluaran yang bisa jadi semakin meningkat seperti karena kenaikan sewa rumah, kenaikan harga-harga barang, atau pertambahan jumlah anggota keluarga.

Dua komponen terbesar pengeluaran selama tinggal di negeri orang adalah akomodasi dan makanan dimana kedua aspek ini bisa mencapai 60-80% dari total pengeluaran mingguan atau bulanan.

Besar kecilnya kedua komponen tersebut, selain bergantung pada karakteristik dan gaya hidup, juga bergantung pada ukuran keluarga. Keluarga dengan jumlah anggota yang banyak membutuhkan anggaran lebih besar untuk mencapai standar hidup yang sama dengan keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih sedikit.

 

Pengeluaran: Hunian

Memilih akomodasi jika membawa keluarga akan lebih kompleks bila dibandingkan dengan single atau couple.

Jika single/couple, Anda bisa memilih shared room (flatting), studio apartment, atau asrama mahasiswa. Biasanya biaya sewa sudah mencakup semua pengeluaran seperti listrik, air, dan internet.

Namun jika Anda membawa keluarga, pilihan tersedia lebih sedikit yakni sewa rumah (landed house) atau flat/apartemen. Sewa rumah lebih mahal namun akan mendapatkan halaman luas, parkir kendaraan pribadi, dan privasi lebih baik.

Sementara sewa flat/apartemen lebih murah namun karena hunian dengan tingkat kepadatan tinggi berarti juga suara lebih bising dan perlu pengertian (consideration) dalam penggunaan fasilitas bersama.

Untuk kedua tipe akomodasi ini, selain biaya sewa dan deposit, penyewa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penggunaan listrik, air, dan internet.

Pemilihan tipe akomodasi juga biasanya berkaitan dengan regulasi yang berlaku di negara tersebut. Pada banyak negara, kebutuhan hunian disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga. Pada banyak kasus, pemilik hunian (landlord) atau agen property tidak akan menyewakan hunian jika terdapat potensi kelebihan hunian (overcapacity).

Satu anak harus mendapatkan satu kamar tidur.  Jadi, keluarga dengan satu anak butuh hunian dengan dengan dua kamar tidur, yakni satu untuk orang tua dan satu lagi untuk si anak. Kemudian keluarga dengan dua anak butuh hunian dengan tiga kamar tidur. Dan seterusnya.

Salah satu aspek penting lain tentang hunian adalah periode sewa hunian yang fixed term atau periodik. Sistem fixed term berarti penyewa terikat kontrak sewa selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun, yang pembatalan sebelum kontrak berakhir membawa konsekuensi pinalti atau denda. Sementara pada sewa periodik, penyewa tidak terikat kontrak; selama ia masih terus membayar sewa maka ia akan terus dianggap menyewa hunian tersebut.

 

Pengeluaran: Makanan

Ada banyak pilihan untuk urusan penyediaan makanan. Bagi beberapa tipe akomodasi, penghuni juga disediakan makanan tiga kali sehari. Hal positif dari sistem ini adalah tidak perlu repot memasak dan membeli bahan mentah. Kebutuhan gizi juga relatif terpenuhi; karena memasak dalam jumlah besar, maka variasi dan kecukupan nutrisi makanan juga terjaga. Opsi ini juga hemat waktu dan tenaga sehingga bisa digunakan untuk hal lain. Kelemahannya, sistem ini bersifat kontrak dibayar dimuka sehingga bila tidak diambil berarti juga kerugian bagi kita.

Opsi lain adalah masak sendiri. Hal positif dari opsi ini adalah bisa menekan pengeluaran dan fleksibel dalam mengatur menu. Juga, fleksibel dalam mengatur kapan mau masak dan kapan mau membeli makanan jadi (dine out atau take away). Kekurangan opsi ini adalah waktu dan tenaga yang terbuang untuk masak, yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal lain serta potensi nutrisi yang tidak terpenuhi bila dibandingkan sistem full meal di atas.

Untuk Anda yang memilih masak sendiri, beberapa hal berikut bisa menjadi perhatian. Pertama, harga barang produksi dalam negeri lebih murah daripada harga barang impor. Maka, perlu penyesuaian agar menu yang dimasak sebanyak mungkin menggunakan bahan baku dalam negeri.

Kedua, maksimalkan bahan makanan yang tersedia saat sedang musim panen karena pada momen ini harga-harga komoditas yang sedang panen akan turun. Untuk negara-negara empat musim, perlu mengantisipasi kenaikan pengeluaran di musim dingin yang disebabkan kenaikan harga-harga bahan makanan karena berkurangnya suplai barang dan potensi disrupsi dalam hal distribusi karena gangguan cuaca. Potensi kenaikan pengeluaran juga disebabkan oleh meningkatnya biaya penggunaan listrik untuk pemanas ruang, pemanas air, dan penerangan. Sebaliknya, harga-harga akan turun saat musim panas karena kembali melimpahnya suplai.

Ketiga, sudah banyak produk makanan dan minuman buatan Indonesia yang dijual di luar negeri. Produk-produk Indonesia yang populer seperti mi instan, saus sambal, saus tomat, kecap, bumbu instan, kopi, makanan ringan, dan teh kotak. Termasuk juga bumbu pecel, bumbu gado-gado, kerupuk, dan ikan asin.

Tentu saja, ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan produk-produk tersebut bergantung pada kota yang Anda tinggali, seberapa banyak orang Indonesia yang tinggal di kota itu atau orang asing yang juga menyukai produk-produk tersebut.

 

Pengeluaran: Pendidikan Anak

Komponen biaya pendidikan anak selama tinggal di luar negeri bergantung pada kebijakan di negara tujuan.

Pada umumnya, di suatu negara terdapat sekolah-sekolah (SD, SMP, SMA) negeri yang dimiliki dan dikelola pemerintah serta sekolah-sekolah swasta yang dimiliki oleh pihak swasta.

Pada banyak negara, regulasi membolehkan siswa asing, dengan syarat visa yang sesuai, untuk bersekolah di sekolah negeri (public school) dengan tidak ada pembedaan besarnya uang sekolah antara siswa asing dan siswa lokal. Komponen-komponen lain terkait sekolah yang tetap perlu dibayar seperti donasi, pembelian alat tulis, atau membeli seragam.

Di negara-negara lainnya, siswa asing tidak dapat bersekolah di sekolah negeri sehingga satu-satunya opsi adalah bersekolah di sekolah swasta.

Untuk pra-sekolah (playgroup dan taman kanak-kanak), pada umumnya pengelolaan lebih banyak diserahkan kepada pihak swasta meski pemerintah juga berkontribusi pada pembiayaan (penuh atau sebagian).

Usia terbaik bagi si anak untuk mulai bersekolah di luar negeri adalah saat ia masuk jenjang SD. Pada usia ini, si anak memiliki penguasaan bahasa, keterampilan bekerja sama, interaksi dengan sebaya dan yang lebih tua yang lebih berkembang dibanding usia playgroup atau TK sehingga mereka bisa menyerap pengalaman belajar lebih banyak.

Aspek lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah saat usia SD, si anak menghabiskan waktu di sekolah lebih lama daripada anak-anak playgroup dan TK sehingga orang tua memiliki waktu lebih panjang untuk bebas dari urusan mengurus anak yang bisa digunakan untuk bekerja, sosialisasi, atau memperluas jejaring.

Epilog

Studi di luar negeri membutuhkan persiapan matang terutama bagi Anda yang membawa pasangan dan keluarga. Namun kompleksitas dan biaya-biaya yang dikeluarkan akan sebanding dengan pengalaman baru yang diterima oleh setiap anggota keluarga.

 

Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check