Panduan Kuliah


Kuliah itu seperti apa ya?

Lulus SMA mau kerja atau kuliah? Pertanyaan ini banyak hinggap di para lulusan SMA. Kamu yang memilih bekerja berarti siap menghasilkan uang. Namun Kamu yang kuliah berarti harus tetap belajar sampai setidaknya beberapa tahun ke depan, siap juga untuk mengeluarkan uang untuk kuliah, dan potensi kehilangan pendapatan yang seharusnya bisa didapat karena bekerja.

Jika Kamu ingin kuliah, maka informasi berikut akan bermanfaat. Demikian juga halnya saat Kamu memilih kerja sekarang dan suatu ketika ingin kuliah, maka informasi ini juga akan berguna.

1. Mengapa kuliah?

Arti penting pendidikan tinggi

Alasan pertama, kuliah membuka lebih banyak peluang kerja. Hal ini terjadi karena ada profesi tertentu yang memberi persyaratan lulus kuliah sebagai syarat melamar kerja. Contohnya apoteker, notaris, perawat, dokter, akuntan, dan psikolog. Bahkan beberapa profesi yang membutuhkan lulusan SMA, syarat kuliah adalah syarat wajib jika ingin mencapai jenjang karir lebih tinggi. Seperti Akmil dan PTIK.

Kedua, penelitian menunjukkan imbal hasil karena kuliah lebih besar daripada tidak kuliah. Hal ini bisa dilihat di publikasi Statistik Upah Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan Hasil Sakernas 2016 mencatat adanya perbedaan upah yang besar pada pekerja di Indonesia berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Pekerja yang tidak/belum sekolah rata-rata mendapat upah Rp 930 ribu per bulan. Pekerja yang tamat SD mendapat Rp 1,2 juta per bulan, tamatan SMP mendapat Rp 1,5 juta per bulan, sementara yang lulus SMA menerima Rp 2,1 juta per bulan. Terakhir, pekerja lulusan universitas mendapat upah rata-rata Rp 3,6 juta per bulan.

Tentu, ada faktor-faktor lain yang menentukan tinggi rendahnya upah pekerja, seperti pengalaman, kesehatan, prestasi, dan jejaring termasuk juga tempat kerja, tempat tinggal. Namun, jika dibuat dalam angka rata-rata maka tingkat upah yang tinggi akan didapat saat pendidikan semakin tinggi.

Ketiga, semakin tinggi tingkat pendidikan berarti peluang lebih besar untuk memiliki kekayaan lebih banyak (Gambar 1). Jika kekayaan bersih yang ada di masyarakat dibagi ke dalam 10 bagian sama besar (desil), maka akan didapat kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan bersih paling rendah (desil 1), sampai paling tinggi (desil 10).

  

 

Gambar 1. Proporsi Kekayaan Bersih berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi Kepala Keluarga, 1993-2014

 

Pengamatan atas 5.700 keluarga di 284 kecamatan di 13 provinsi di Indonesia selama 21 tahun pengamatan (periode 1993-2014)  menunjukkan desil 1 adalah rumah tangga yang memiliki nilai kekayaan bersih Rp-301 juta. Desil 2 Rp.2,6 juta. Desil 3 Ro.7,2 juta dan seterusnya sampai desil 9 dengan rata-rata kekayaan bersih Rp.117 juta dan desil 10 Rp.6,3 miliar. Ada desil 1 yang memiliki nilai negatif, berarti nilai hutang keluarga tersebut lebih besar dari nilai semua harta yang mereka miliki.

Untuk setiap jenjang pendidikan, ada peluang bagi sebuah keluarga untuk masuk ke desil tertentu. Peluang tertinggi untuk mencapai desil 10 didapat dari membandingkan seberapa banyak keluarga yang ada di desil 10 dengan keluarga yang ada di desil lain (misalnya desil 1) dengan tingkat pendidikan yang sama. Semakin tinggi perbandingannya, semakin besar peluang sebuah keluarga untuk mencapai tingkat kekayaan desil 10.

Pada desil 10, sebanyak 36% dari mereka adalah lulusan SD. Meski angka ini tergolong tinggi, namun hampir separuh rumah tangga yang ada di desil 1 adalah juga lulusan SD. Kemudian, ada 24% rumah tangga di desil 10 adalah lulusan SMA, namun juga ada 14% rumah tangga di desil 1 yang juga lulusan SMA. Sementara hanya ada 9% rumah tangga lulusan universitas ada di desil 10, namun juga ada 1% rumah tangga di desil 1 yang berasal dari lulusan universitas.

Artinya apa? Jika dibuat perbandingannya antara mereka yang ada di desil 1 dan desil 10, lulusan SD memiliki perbandingan 10:7, lulusan SMA 10:17, dan lulusan universitas 10:90. Sehingga, untuk setiap 10 orang lulusan SD di desil 1, berarti juga ada 7 orang lulusan SD ada di desil 10. Kemudian, untuk setiap 10 orang lulusan SMA di desil 1, ada 17 orang lulusan SMA di desil 10. Terakhir, untuk setiap 10 orang lulusan universitas di desil 1, ada 90 orang lulusan universitas di desil 10.

Temuan di atas bisa menjadi argumen: lulusan SD saja bisa mencapai desil 10, kenapa harus repot kuliah? Atau dibalik: bahkan lulusan universitas saja bisa ada di desil 1, kenapa harus repot kuliah?

Memang betul lulusan SD bisa mencapai desil 10, namun ada jauh lebih banyak lulusan SD yang ada di desil 1. Sementara lulusan universitas bisa ada di desil 1, namun jauh lebih banyak lulusan universitas yang ada di desil 10.

Hal-hal di atas patut menjadi pertimbangan bagi setiap orang untuk kuliah.

 

2. Mau Kuliah Dimana?

Pilih program studi dulu, baru tentukan kampus tujuan

Tantangan pertama untuk mulai kuliah adalam memilih program studi (Prodi). Prodi berarti satuan terkecil pengelolaan pendidikan yang ada di dunia perguruan tinggi. Ini yang harus Kamu tentukan dulu dalam memilih kuliah. Di dalam satu prodi, bisa juga terdapat beberapa peminatan atau konsentrasi.

Memilih prodi hendaknya menyesuaikan dengan tujuan karir atau profesi. Beberapa profesi membutuhkan pekerja dari prodi tertentu. Coba lihat pengumuman lowongan kerja, amati bidang keilmuan yang harus dimiliki oleh pelamar kerjanya. Namun sebaliknya, profesi lain bisa jadi menerima lulusan dari berbagai bidang ilmu.

Setelah menentukan prodi, kemudian pilih jenjang pendidikan yang ingin ditempuh. Lulusan SMA sederajat memiliki pilihan untuk kuliah di program sarjana (S-1) atau diploma (D-IV, D-III, D-II, atau D-I). Jenjang sarjana lebih difokuskan pada keilmuan, cocok juga untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang S-2 dan S-3. Sementara program diploma menekankan pada praktik, dan cocok untuk mahasiswa yang ingin langsung kerja setelah selesai kuliah. Masa studi normal untuk S-1 adalah 4 tahun, D-IV adalah 4 tahun, D-III adalah 3 tahun, D-II adalah 2 tahun, dan D-I adalah 1 tahun.

Setelah menentukan program studi dan jenjang yang ingin diambil, tantangan kedua adalah mau kuliah kampus mana?

Secara garis besar, perguruan tinggi di Indonesia terbagi ke dalam perguruan tinggi kedinasan dan perguruan tinggi umum. Perguruan tinggi kedinasan berada di bawah kementerian/lembaga tertentu. Tujuan utama perguruan tinggi ini adalah mencetak pekerja siap pakai untuk bekerja di kementerian/lembaga tersebut. Contohnya: STAN, IPDN, STMKG, STIS.

Perguruan tinggi umum berarti didirikan untuk menampung semua pihak. Lulusannya pun bisa bekerja di semua bidang atau instansi tanpa ada batasan tertentu. Kelompok perguruan tinggi ini diatur oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Berdasarkan kepemilikannya, ada perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Perguruan tinggi negeri pun ada yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selain itu, ada juga kelompok perguruan tinggi yang berbasis agama yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag).

Tidak semua perguruan tinggi menyediakan prodi dan jenjang yang diinginkan. Sebaliknya, bisa jadi ada prodi dan jenjang yang ditawarkan oleh banyak kampus.  Pilih dan bandingkan kualitas perguruan tinggi yang Kamu tuju.

 

3. Kontrol Kualitas perguruan Tinggi

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) memberi penilaian akreditasi untuk mutu perguruan tinggi di Indonesia. Akreditasi berarti penilaian mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan dan manajemen perguruan tinggi.  Pemberian akreditasi bisa pada tingkat program studi dan tingkat lembaga perguruan tinggi (PT). Maka, prodi atau PT yang terakreditasi berarti ada jaminan mutu pengajaran pendidikan tinggi. Semakin tinggi nilai akreditasi berarti kualitas mutu tersebut lebih baik. Akreditasi tertinggi adalah A, kemudian disusul B, dan C. 

Informasi mengenai akreditasi prodi dan lembaga bisa dilihat di profil kampus tujuan. Kunjungi websitenya, kemudian cari halaman akreditasi. Alternatif lain adalah dengan melihat website BAN-PT untuk mencari akreditasi prodi atau kampus yang dituju.

Akreditasi perguruan tinggi juga tidak kalah penting. Jika ada Kamu menemukan dua/lebih kampus yang menawarkan program studi yang sama (dengan akreditasi prodi yang sama), maka pilih kampus yang memiliki tingkat akreditasi perguruan tinggi paling baik.

Beberapa kampus memiliki akreditasi internasional, yang dikeluarkan oleh lembaga atau asosiasi internasional. Biasanya akreditasi ini untuk level fakultas. Ini menjadi nilai tambah bagi kampus tujuan. Namun hal ini menjadi tantangan saat Kamu ingin kuliah di luar negeri yang tidak punya akreditasi tingkat prodi. Akreditasi di tingkat fakultas bisa menjadi bias, dimana kualitas prodi belum tentu sama bagusnya dengan kualitas fakultas. 

Ada juga pemeringkatan perguruan tinggi. Pemeringkatan PT di Indonesia dilakukan oleh Kemristekdikti. Semakin tinggi peringkat PT berarti ia lebih unggul dibanding PT-PT lain dalam hal-hal tertentu yang menjadi bahan perbandingan.

Ada juga peringkat internasional, untuk membandingkan berbagai PT antar negara. Namun, peringkat internasional PT idealnya hanya sebagai rujukan, bukan patokan utama dalam memilih kampus tujuan. Ada beberapa hal yang mendasari:

Pertama, karena merupakan perbandingan internasional, maka terlalu banyak aspek yang bisa berbeda antara satu negara dengan negara lain. Hal ini terjadi karena mereka hidup di ekosistem dan regulasi yang berbeda-beda antar negara. Lebih adil jika membandingkan berbagai PT yang berada di negara yang sama.

Kedua, patut berhati-hati pada PT yang menjadikan peringkat internasional PT sebagai barang jualannya. Jika fokus utama adalah menaikkan peringkat PT, maka cara terbaik meningkatkan peringkat adalah dengan hanya mengerjakan hal-hal yang bisa menaikkan peringkat PT dan bisa jadi mengabaikan hal-hal lain.

 

4. Kuliah, Seperti Apa Sih?

Rencakan studi kamu agar efektif dan efisien

Dunia kuliah membutuhkan kemandirian dalam proses belajar, termasuk kemandirian dalam merencanakan perkuliahan. Mahasiswa harus menyelesaikan sejumlah Satuan Kredit Semester (SKS) tertentu agar dia bisa lulus kuliah. Misalnya, program S1 harus menyelesaikan 150 SKS yang bisa ditempuh dalam waktu 4 tahun (8 semester) atau program D3 menyelesaikan 120 SKS yang ditempuh dalam waktu 3 tahun (6 semester).

Satu tahun akademik di Indonesia biasanya dimulai di pertangahan tahun dan berakhir di pertengahan tahun berikutnya. Semester ganjil dimulai di awal tahun akademik, kemudian dilanjutkan dengan semester genap di paruh waktu berikutnya. Sama halnya dengan pola trimester, trimester pertama dimulai di awal tahun akademik, kemudian dilanjutkan oleh trimester kedua dan ketiga.

Pada umumnya setiap semester terdiri dari 16 minggu perkuliahan, sudah termasuk ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), sementara sistem trimester terdiri dari 14 minggu perkuliahan, sudah termasuk UTS dan UAS. Pada kampus yang memiliki model semester biasanya juga memiliki semester pendek/semester antara, yakni perkuliahan singkat yang ada di antara semester genap dan ganjil, biasanya 6-8 minggu.


Beban Studi Mahasiswa

Beban studi maksimum mahasiswa adalah 24 SKS per semester. SKS juga identik dengan beban belajar mahasiswa setiap minggu. Satu matakuliah dengan bobot 1 SKS berarti mahasiwa harus melaksanakan 1 jam tatap muka perminggu, 1 jam tugas individu jam per minggu, dan 1 jam tugas mandiri per minggu.

Tatap muka bisa berbentuk pengajaran di dalam kelas, tutorial, atau praktik di laboratorium. Sementara tugas individu berarti mengerjakan penugasan yang diberikan oleh dosen untuk mata kuliah tersebut. Sedangkan tugas mandiri berarti mahasiswa mencari sumber bahan belajar secara mandiri.

Ingat, SKS adalah beban belajar setiap minggu. Jadi, 20 SKS per semester berarti 20 jam perkuliahan per minggu, 20 jam tugas individu per minggu, dan 20 jam tugas mandiri per minggu.

Untuk setiap mata kuliah, ada nilai yang didapat mahasiswa di akhir semester. Nilai tersebut didapat dari komponen UTS, UAS, tugas, serta komponen lain. Hal yang sama juga berlaku jika mata kuliah berbentuk praktikum. Harkat setiap nilai biasanya:



Atau bisa juga:


Nilai A berarti penguasaan materi sangat baik. Nilai B berarti kemampuan penguasaan materi terhitung baik. Nilai C alias cukup adalah nilai minimum untuk lulus mata kuliah tersebut. Sementara nilai D berarti kurang dan E berarti gagal yang berarti mahasiswa harus mengulang mata kuliah tersebut di semester berikutnya.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar mahasiswa bisa mencapai nilai optimal. Pertama, minimum kehadiran. Biasanya ada toleransi 10% atau 20% ketidakhadiran. Maka, untuk jadwal kelas sebanyak 14 minggu, toleransi ketidakhadiran hanya 1-3 kali saja. Kedua, wajib ikut UTS dan UAS. Ketiga, setiap dosen pengampu mata kuliah memiliki otonomi untuk mengatur mata kuliahnya, termasuk komponen-komponen penilaian serta tata tertib di perkuliahan. Maka, penuhi semua komponen tersebut dan juga patuhi tata tertib perkuliahan.

Nilai seluruh mata kuliah yang diambil di satu semester dinamakan Indeks Prestasi (IP). Nilai seluruh IP dari semester awal sampai akhir dinamakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

 

Kurikulum

Kurikulum adalah daftar seluruh matakuliah yang ditawarkan kepada tiap mahasiswa, mulai semester 1 sampai akhir. Kurikulum berisi daftar mata kuliah yang ditawarkan di setiap semester berserta jumlah SKS-nya, serta mata kuliah prasyaratnya.

Mata kuliah yang ada di kurikulum bisa bersifat wajib dan pilihan (optional). Mata kuliah wajib berarti wajib diambil, dan harus lulus. JIka tidak lulus, maka harus mengulang. Beberapa mata kuliah wajib merupakan prasyarat untuk bisa mengambil mata kuliah lain. Contohnya, mata kuliah A merupakan prasyarat bagi mata kuliah B, dan mata kuliah B adalah prasyarat mata kuliah C. Artinya, mahasiswa harus lulus mata kuliah A agar bisa mengambil mata kuliah B, dan mahasiswa harus lulus mata kuliah B agar bisa lulus mata kuliah C.

Sementara mata kuliah pilihan berarti terbuka peluang bagi mahasiswa untuk mengambil atau tidak mengambil mata kuliah tersebut. Namun pihak kampus juga biasanya mewajibkan mahasiswa untuk mengambil beberapa mata kuliah pilihan (misalkan 2 atau 3) dari berbagai mata kuliah pilihan yang ditawarkan.

 

Merencanakan Studi

Mahasiswa diberi kebebasan untuk merencanakan studinya masing-masing dalam bentuk mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) di awal semester. KRS berisi matakuliah yang akan diambil untuk semester tersebut. Jumlah matakuliah yang boleh diambil harus melihat mata kuliah yang ditawarkan (lihat di kurikulum) dan juga harus dalam batasan jumlah SKS maksimum yang boleh diambil (dilihat berdasarkan IP semester sebelumnya).

Semakin tinggi IP Kamu di semester lalu, maka semakin besar jatah/ beban maksimum SKS yang boleh diambil di semester berikutnya. Contohnya, IP Kamu semester lalu adalah 4,00 maka jatah SKS yang boleh diambil di semester berikutnya adalah 24 SKS. Jika IP 3,00, maka beban maksimum adalah 20 SKS, IP 2,00 maka beban maksimum adalah 16 SKS, dan IP 1,00, maka jatah Kamu adalah 12 SKS. Tentu saja kamu punya pilihan mengambil beban maksimum itu atau tidak mengambil beban maksimum (dengan kata lain mengambil mata kuliah lebih sedikit dari beban maksimum)

Biasanya, mahasiswa tingkat 1 (semester 1 dan 2) mendapat matakuliah paket sehingga tidak perlu mengisi KRS, sehingga KRS akan mulai diisi saat mahasiwa akan masuk semester 3.

Hati-hati! Tidak semua matakuliah ditawarkan di setiap semester. Misalnya, matakuliah A hanya ditawarkan di semester ganjil saja. Maka, jika kamu gagal di mata kuliah A di semester ganjil sekarang, Kamu harus menunggu sampai semester ganjil di tahun akademik berikutnya untuk bisa mengulang matakuliah tersebut.

 

5. Persiapan untuk Mulai Kuliah

Pertama, pendaftaran. Pastikan Kamu sudah mencermati periode pendaftaran kampus yang dituju. Persiapkan dokumen yang dipersyaratkan, biasanya meliputi ijasah terakhir, pas foto, sertifikat/ tanda bukti pendukung kompetensi. Secara umum, pendaftaran bisa dimulai di bulan Maret/April setiap tahunnya, dan berakhir berakhir beberapa minggu sebelum tahun ajaran baru dimulai, yakni sekitar Agustus/September.

Kedua, seleksi masuk. Tiap kampus biasanya membuka seleksi masuk masing-masing. Ada yang berbasis ujian tulis (berbasis kertas atau komputer), ujian praktek, seleksi dokumen, atau gabungan ketiganya. Gabungan beberapa PT bisa membuka seleksi bersama, misalnya gabungan PTN di Indonesia membuka jalur seleksi SNMPTN dan SBMPTN.

Ketiga, daftar ulang. Kamu yang lulus di seleksi masuk harus daftar ulang dengan datang langsung ke kampus tujuan. Bawa kelengkapan dokumen, seperti bukti pendaftaran/ujian dan dokumen asli yang digunakan pada waktu pendaftaran.

Minggu nol (orientasi kuliah). Pada umumnya, orientasi kuliah adalah wajib untuk setiap mahasiswa baru. Di sini Kamu akan dikenalkan dengan sistem pendidikan di kampus tersebut, struktur organisasi, kegiatan kemahasiswaan, termasuk juga pengenalan area kampus. Orientasi biasanya berjenjang, dimulai dari orentasi untuk tingkat PT, kemudian orientasi untuk tingkat fakultas, dan orientasi untuk jurusan/ prodi.

Minggu pertama kuliah. Jangan terlambat ya, karena biasanya di hari pertama setiap perkuliahan, dosen pengampu mata kuliah memberikan pengantar/ penjelasan untuk mata kuliah termasuk di dalamnya adalah rencana pembelajaran yang berisi metode perkuliahan, syarat kelulusan, bahan bacaan yang dibutuhkan, serta tata tertib perkuliahan.

 

6. Istilah lain yang perlu kamu ketahui

Dosen pembimbing akademik (PA): Kamu bisa konsultasi terutama mengenai hal-hal akademik kehidupan kampus, misalnya mengambil mata kuliah. Biasanya sejak semester 1 kamu sudah tahu siapa dosen PA-mu.

Dosen pengampu mata kuliah: Satu dosen bisa mengampu satu atau beberapa mata kuliah di satu semester. Bisa juga dosen tersebut mengampu mata kuliah yang berbeda di semester berikutnya.

Tutorial atau asistensi: Kuliah terjadwal yang diampu oleh dosen atau asisten dosen di luar kuliah utama. Biasanya berisi pengayaan materi atau latihan soal.

Praktikum: Satu mata kuliah bisa memiliki kegiatan praktik. Biasanya praktikum juga memiliki penugasan dan ujian tersendiri.


7. Kegiatan Selain Kuliah

Selain kegiatan perkuliahan, Kamu bisa melakukan hal-hal ini:

a. Mengembangkan hobi. Ada berbagai macam hobi yang bisa ditekuni, seperti mendaki gunung, olah raga, bela diri, seni tari, atau menulis. Nah, bergabunglah di unit kegiatan mahasiswa (UKM). Lembaga formal kampus ini bisa menjadi wadah peluang pengembangan diri melalui kegiatan rutin, lomba atau kompetisi. Hobi Kamu bisa tertampung dan sekaligus bisa mengasah keterampilan. 
b. Mengubah hobi menjadi uang. Hobi Kamu ternyata bisa menjadi uang. Syaratnya cuma satu:  produk/jasa yang dihasilkan memiliki nilai jual. Bingung mau memasarkan dimana? Dunia kampus berarti peluang jejaring semakin luas. 
c. Kerja. Kerja di sini maksudnya sebagai karyawan atau mitra usaha. Ada banyak peluang seperti kerja di industri kuliner, toko retail, menjadi tutor, marketing produk, dan sebagainya. Yang pasti, jam kerja jangan sampai menganggu fokus kuliah. 
d. Punya bisnis sendiri. Bisnis bisa dimulai sejak dini seperti saat di bangku kuliah. Macam-macam bisnis yang bisa dijalani, contohnya baik berbasis produk atau jasa, seperti wisata, kuliner, jasa teknologi informasi, dan sebagainya. Menjadi mahasiswa berarti Kamu berpeluang ikut berbagai program pelatihan atau kompetisi kewirausahaan yang diselenggarakan kampus atau pihak lain. 
e. Mengembangkan diri. Ikut pertukaran mahasiswa, lomba, seminar atau konferensi ilmiah. Manfaatkan kesempatan tarif khusus untuk mahasiswa di tiap seminar atau konferensi. Atau bisa juga ikut kursus, pelatihan, atau sertifikasi. Pastinya ini juga bisa menjadi bekal untuk dunia kerja nanti.
f. Menjadi asisten dosen atau asisten penelitian. Pekerjaaan dosen tidak cuma mengajar, namun juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk itu, mereka biasanya butuh bantuan untuk hal-hal teknis atau administratif, contohnya mengawasi eksperimen, pengambilan data, atau pengolahan data. Kalau Kamu ikut serta dalam tim mereka, Kamu bisa mendapatkan pengalaman penelitian, pengalaman pengabdian masyarakat, ilmu baru, termasuk juga peluang tambahan uang saku.


Disclaimer:

Penjelasan di atas bersifat umum. Hal-hal teknis bisa berbeda sesuai dengan perguruan tinggi masing-masing.


(Thomas Soseco)




Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

KKN di Desa Penari

Palma Ratio Indonesia

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Generasi Hutang: Literasi Keuangan dan Kekayaan Rumah Tangga

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?