‘Buy human made’
Dalam jangka pendek, mungkin Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tidak akan signifikan menggantikan posisi manusia dalam hal kreativitas. Contohnya sebagai berikut.
Pada Gambar 4 dan 5 AI lebih mampu menterjemahkan instruksi yang diberikan. Tampak pada kedua gambar tersebut, seorang wanita hendak/sedang memakan pisang di sebuah taman.
Namun bila dicermati lebih lanjut, masih ada ketidaksempurnaan, seperti jari-jari tangan yang tidak sempurna (Gambar 4) atau bentuk mulut yang tidak sempurna (Gambar 5). Pada Gambar 5, bahkan ia tidak mengupas pisang tersebut.
Tentu saja, gambar akan semakin sempurna sesuai dengan keinginan pengguna seiring dengan semakin kompleksnya kata kunci yang dimasukkan.
Hal ini juga berimplikasi, cepat atau lambat, AI juga akan dapat mengerti keinginan pengguna, meski si pengguna hanya memasukkan kata-kata kunci yang sederhana sekalipun.
‘Buy human made’
Saat mesin sudah sangat cerdas untuk memahami keinginan pengguna maka berbagai aspek dalam kehidupan tidak lagi membutuhkan interaksi dengan manusia lain atau sentuhan humanisme.
Sentuhan manusia akan menjadi barang langka. Ia akan menjadi bernilai jual tinggi.
Salah satu contoh nyata adalah pengalaman pembelajaran online yang menjadi populer saat pandemi Covid-19 (karena bisa menyelamatkan nyawa) namun segera ditinggalkan setelah pandemi mereda (karena manusia butuh interaksi dengan sesama, yang tidak bisa didapatkan dari pembelajaran online).
Sehingga, saat akan ada semakin banyak produk yang dihasilkan oleh AI, maka sentuhan manusia akan semakin hilang. Dan di sinilah justru produk-produk yang masih mendapat sentuhan humanis akan memiliki nilai jual tersendiri bagi produk tersebut.
Di masa depan, 'buy human made' mungkin akan lebih memiliki nilai jual dibanding buatan AI.
Di sinilah perlunya manusia untuk bersaing dalam hal kreativitas dengan AI. Dengan perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin mudah dan murah untuk didapatkan.
Malangnya, selama ini kebanyakan pengguna, terutama di Indonesia, menggunakan teknologi bukan untuk hal-hal yang dapat meningkatkan kreativitas atau nilai jual pribadi.
Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3,28 jam per hari untuk mengakses internet sepanjang tahun 2022 (oosga.com). Bila dilihat dari sisi demografis, sebagian besar pengguna internet di Indonesia adalah generasi muda yang memiliki rentang 18-34 tahun (Gambar 7).
Intensifnya penggunaan internet ini justru banyak disalahgunakan hanya untuk mencari pengakuan diri (instant reward) dengan cara menjadi viral. Semakin viral, entah untuk hal-hal yang berkualitas atau tidak, maka ia akan mendapat pengakuan dari circle-nya atau pengguna internet yang lain.
Padahal, seperti publikasi Forbes, sebuah konten bisa menjadi viral tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah penonton (viewers) melainkan juga ada campur tangan orang-orang yang ada di balik teknologi media sosial tersebut yang ingin memviralkan konten-konten tertentu dengan maksud tertentu.
Profesi yang Sulit Digantikan AI
Ada beberapa profesi yang akan sulit digantikan oleh AI setidaknya dalam jangka waktu dekat, yang bisa dikelompokkan sebagai berikut:
Pertama, profesi yang membutuhkan kreativitas seperti penulis artikel/buku, koreografer, pelukis, pembuat video, pembuat animasi, dan pencipta lagu. Tentu saja, sampai pada tahap tertentu kreativitas tingkat rendah bisa digantikan oleh AI.
Kedua, kelompok profesi yang membutuhkan sentuhan humanis seperti hospitality, layanan kesehatan, pendampingan dan konseling, guru, dan dosen.
Ketiga, kelompok profesi pekerjaan yang bersifat analisis dan interpretasi, mengumpulkan segala sesuatu yang bersifat abstrak dan seperti puzzle, serta memberi laporan atau penilaian dari berbagai sudut pandang, seperti peneliti, wartawan, dan investigator.
Penutup
Saat ini perkembangan AI belum bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam hal kreativitas. Namun perkembangan yang lebih besar mungkin hanya tinggal hitungan minggu atau bulan sehingga AI akan bisa menyamai atau melebih kreativitas manusia. Apakah manusia siap tergeser atau memilih untuk terus lebih kreatif?