Perubahan Iklim dan Perusahaan Rintisan

Prediksi Bank Dunia menunjukkan tahun 2023 merupakan tahun yang suram bagi banyak negara karena adanya stagflasi. 

Stagflasi merupakan kondisi laju pertumbuhan ekonomi rendah dan tingkat inflasi tinggi. 
Hal ini disebabkan pemulihan ekonomi saat pandemi yang belum usai ditambah lagi dengan adanya krisis Rusia-Ukraina yang mendorong ketidakstabilan politik serta mempengaruhi distribusi dan harga-harga komoditas. 

Ancaman stagflasi ini juga diperparah dengan kondisi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan dimana saat iklim yang berubah dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan berpotensi menimbulkan bencana yang dapat memakan korban jiwa dan materil.


Lebih tragis lagi, perubahan iklim membawa dampak yang tidak sama untuk setiap kelompok masyarakat. 

Mereka yang miskin dan termarginalisasi akan menerima dampak yang lebih parah dibanding kelompok yang lebih kaya karena ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dan merespon perubahan.

Contohnya adalah masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir, seperti dataran rendah dan pinggiran sungai, akan mengalami kerugian materi semakin besar karena banjir yang datang dengan frekuensi lebih sering dan dengan intensitas lebih parah.

Masyarakat yang terdampak perubahan iklim juga seringkali tidak menyadari bahwa mereka adalah yang terdampak. Hal ini karena perubahan iklim adalah rangkaian kejadian yang lamban yang dampaknya tidak serta merta langsung disadari.

Bisa jadi, tanpa disadari, selama ini masyarakat bisa bertahan karena adanya jaringan atau ikatan sosial yang meliputi mereka yang dapat menutupi keterbatasan finansial mereka dalam mengatasi keterbatasan karena dampak perubahan iklim.

Contohnya, nelayan mendapatkan hasil tangkapan semakin sedikit karena polusi dan biaya melaut semakin mahal  karena mereka harus mencari ikan lebih jauh ke tengah laut. Mereka dapat tetap bertahan karena adanya jaringan atau hubungan sosial di lingkungan tempat tinggalnya sehingga membuat ia dapat memenuhi kebutuhannya saat hasil tangkapan sedikit.

Perubahan iklim juga membawa dampak tidak hanya ke masalah ekonomi di atas melainkan juga dapat menyebabkan masalah-masalah sosial, ketidakstabilan politik, migrasi, dan dapat mengubah struktur sosial masyarakat.

Rata-rata Pendapatan Masyarakat Indonesia
Salah satu proksi terbaik untuk mengukur kesiapan masyarakat untuk bertahan saat terjadi krisis adalah dengan ukuran ekonomi, misalnya pendapatan individu atau keluarga.

Semakin tinggi pendapatan yang diterima, individu atau keluarga tersebut dianggap memiliki kemampuan finansial lebih baik untuk mempertahankan standar hidupnya. 

Maka, masyarakat yang berpendapatan rendah diasumsikan memiliki kemampuan finansial lebih rendah untuk mempertahankan standar hidupnya dibandingkan dengan mereka yang berpendapatan menengah. Dan mereka yang berpendapatan menengah, diasumsikan memiliki kemampuan finansial lebih terbatas dibanding mereka yang berpendapatan tinggi.

Saat kita bisa membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan tingkat pendapatannya, maka sebenarnya seberapa banyak pendapatan yang dibutuhkan agar Anda tergolong dalam pendapatan rata-rata? 

Publikasi Badan Pusat Statistik menunjukkan pendapatan per kapita Indonesia di tahun 2021 (berdasarkan harga berlaku) mencapai Rp.62.236.440. Jika dibagi menjadi hitungan bulanan, maka pendapatan per kapita rata-rata masyarakat Indonesia adalah Rp.5.186.390. Maka, sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak harus memiliki pendapatan setidaknya Rp.20.745.560 per bulan agar dapat dikategorikan ke dalam kelompok dengan pendapatan rata-rata.

Publikasi BPS menunjukkan perbedaan yang nyata antara pendapatan per kapita antar wilayah di Indonesia. 

Provinsi-provinsi dengan pendapatan per kapita tertinggi di Indonesia pada tahun 2021 (harga berlaku) adalah DKI Jakarta Rp.274.709.590, kemudian Kalimantan Timur Rp.182.540.820 dan Kalimantan Utara Rp.155.080.620. 

Sementara wilayah-wilayah dengan pendapatan per kapita terendah di Indonesia pada tahun 2021 (harga berlaku) adalah Maluku Rp.26.072.980, kemudian Nusa Tenggara Barat Rp.26.002.480 dan Nusa Tenggara Timur Rp.20.581.130.

Kesenjangan pendapatan juga muncul antara perkotaan dan perdesaan dimana masyarakat perkotaan memiliki tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di perdesaan.

Perbedaan dalam hal tingkat pendapatan per kapita di atas membawa implikasi perlunya perbedaan intervensi untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Perubahan Iklim dan Dunia Usaha  
Perubahan iklim ibarat gelombang air laut yang bergerak mendekati pantai. Ia bergulung-gulung menyapu semua area mulai dari pinggir pantai sampai semakin menjorok ke daratan. 

Area yang paling dekat dengan air adalah yang paling pertama terdampak. Kemudian area yang lebih jauh dari laut adalah yang paling terakhir terdampak.

Area paling dekat laut juga adalah yang terendam paling dalam dan paling sering. Sementara area paling jauh dari laut akan lebih dangkal terendam air dan bisa jadi lebih jarang terkena air laut.

Ibarat gelombang air laut tadi, dunia usaha yang memiliki ketergantungan tinggi pada alam akan memiliki kerentanan lebih tinggi saat terjadi perubahan iklim daripada sektor lain yang memiliki ketergantungan lebih rendah terhadap pada alam.

Contohnya adalah sektor pertanian yang memiliki keterkaitan erat dengan curah hujan dan sinar matahari akan memiliki potensi kegagalan lebih tinggi saat curah hujan atau sinar matahari berkurang drastis, bila dibandingkan dengan sektor manufaktur yang memiliki keterkaitan lebih rendah terhadap dua faktor tersebut. 

Maka, perlu mitigasi dan perencanaan optimal agar sektor-sektor usaha yang rentan tumbang karena perubahan iklim dapat memiliki daya tahan untuk bertahan.

Ini juga menjadi peluang bagi wirausaha baru dalam bentuk mendirikan perusahaan rintisan (startup) untuk masuk ke dalam celah pasar yang sempit yakni membantu masyarakat untuk dapat mempertahankan standar hidup saat mereka terdampak perubahan iklim.

Peluang dan Tantangan  
Jenis-jenis usaha baru bisa diarahkan untuk fokus pada mereka yang paling terdampak karena perubahan iklim. Secara lebih spesifik, beberapa hal perlu dilakukan:

Pertama, mengidentifikasi sektor usaha atau kelompok masyarakat yang paling terdampak perubahan iklim. Karena perubahan iklim berjalan relatif lamban, bisa jadi mereka justru tidak menyadari bahwa mereka adalah yang paling terdampak. Dunia usaha juga perlu kejelian untuk melakukan proyeksi dalam jangka panjang. 

Kedua, memberdayakan sumber daya lokal. Peringatan akan stagflasi perlu dihadapi dengan upaya memberdayakan ekonomi lokal sehingga dunia usaha juga turut berkontribusi pada masyarakat setempat.

Ketiga, karena perubahan iklim itu irreversible maka dunia usaha juga seharusnya tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial saja melainkan mampu memberi solusi bagi masyarakat saat mereka harus berhadapan dengan kondisi sosial atau struktur masyarakat yang berubah.

Keempat, kegiatan usaha harus memiliki unsur sosial karena bisa jadi selain karena kemampuan finansial dan bantuan pemerintah, justru aspek sosial selama ini membuat masyarakat, terutama yang miskin mampu bertahan karena perubahan iklim.

Kelima, perlu kolaborasi dengan berbagai pihak agar dunia usaha tidak semata hanya dipandang memanfaatkan posisi konsumen karena ketidakberdayaan mereka. Akan lebih baik bagi dunia usaha juga berperan mendorong orang untuk memiliki kemampuan lebih tinggi untuk mempertahankan standar hidupnyamisalnya dengan kenaikan pendapatanmeski terjadi gangguan eksternal, seperti perubahan iklim melalui kolaborasi dan dukungan pemerintah. 

Penutup
Perubahan iklim perlu disikapi serius melalui upaya menghambat laju perubahan iklim. Namun berbagai peluang baru bisa muncul seiring dengan usaha manusia untuk beradaptasi dengan perubahan.
 
Referensi
https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2022/09/15/risk-of-global-recession-in-2023-rises-amid-simultaneous-rate-hikes
https://www.bps.go.id/indicator/52/288/1/-seri-2010-produk-domestik-regional-bruto-per-kapita.html
https://www.bps.go.id/indicator/52/288/1/-seri-2010-produk-domestik-regional-bruto-per-kapita.html

Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check