Value Added Produk dan Inovasi

Beredar keluhan suatu resto bahwa harga di Gofood lebih mahal daripada harga yang dijual di offline ditambah dengan pembagian upah yang terlalu kecil bagi mitra driver. Hal ini membuat resto tersebut memprioritaskan pelanggan untuk datang ke resto dan kemudian memutuskan menjual air mineral saja di aplikasi.


Sumber: line

Atas keluhan tersebut, Gojek menanggapi bahwa fee untuk setiap order, yakni sebesar 20%+Rp.1.000, adalah wajar di industri ini. Lebih lanjut, fee tersebut juga akan kembali ke merchant dan pelanggan dalam bentuk peningkatan kualitas, diskon, dan promo.

Penolakan resto akan layanan dari pihak ketiga (dengan konsekuensi adanya fee yang harus dibayarkan) mungkin bisa dipahami karena resto yang berorientasi pada konsumen ingin menekan harga sehingga tidak memberatkan konsumen. 

Namun hendaknya resto juga memiliki suatu nilai tambah, tidak hanya harga yang terjangkau, agar dapat memenangkan persaingan tidak hanya dari aspek harga.

Value Added

Fee yang dikutip Gojek, dan aplikasi pengantaran makanan lain, bisa digolongkan ke dalam biaya atas value added atau nilai tambah atas sebuah produk. 

Value added berarti ada suatu komponen yang ditambahkan atas suatu produk, yang berupa tambahan proses produksi, distribusi, maupun pemasaran, yang memberi manfaat lebih atas barang tersebut. Maka, atas tambahan komponen tersebut, penjual dapat mengenakan tambahan biaya. 

Contohnya harga segelas kopi di kafe mahal bisa lebih dari Rp.50.000 padahal segelas kopi yang sama yang dijual di kafe yang lebih sederhana tidak mencapai Rp.20.000. Namun harga kopi yang mencapai Rp.50.000 tadi akan diterima oleh pembeli (dalam bentuk adanya pembelian) karena ada unsur lain yang didapat seperti suasana, vibes, atau brand, yang tidak didapat dari kopi seharga Rp.20.000.

Sama halnya dengan penggunaan layanan pesan antar makanan, baik yang diselenggarakan oleh pihak resto atau pihak ketiga, membuat konsumen dimudahkan untuk membeli barang tanpa harus keluar rumah, menghentikan aktivitas, dan menghindari kerepotan konsumen saat berbelanja dalam jumlah besar. Atas kemudahan-kemudahan ini, beberapa konsumen mampu menerima adanya tambahan biaya, yang bisa jadi nilainya bisa jadi lebih kecil dibanding penghematan yang bisa mereka dilakukan.

Maka, bagi konsumen, harga bukan satu-satunya pertimbangan dalam membeli produk. Ada komponen krusial dalam preferensi konsumen yakni apa value added yang bisa didapatkan dari membeli suatu barang.  

Di sisi lain, bagi produsen, harga jual bukan menjadi satu-satunya alat untuk memenangkan persaingan, namun adanya nilai tambah juga menjadi alat untuk menarik pelanggan baru dan dapat menciptakan loyalitas pelanggan.  

Inovasi

Penciptaan value added mensyaratkan adanya inovasi. Penjual yang jeli dan inovatif akan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dengan menambahkan komponen-komponen yang dibutuhkan konsumen ke dalam produk yang dijualnya.

Perbandingan antar negara menunjukkan Indonesia berada di peringkat bawah dalam hal inovasi. Diukur dari Global Innovation Index (GII) 2021 yang mengukur tingkat inovasi 132 negara di dunia, Indonesia berada di posisi 87 dari 132 negara yang disurvei. Sementara negara-negara paling inovatif adalah Swiss (posisi ke-1), Swedia (2), Amerika Serikat (3), Inggris, (4), Korea Selatan (5), Belanda (6), Finlandia (7), Singapura (8), Denmark (9), dan Jerman (posisi ke-10).

Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia berada di peringkat bawah untuk hal inovasi ini. Singapura berada pada peringkat 8, Malaysia 36, Thailand 43, Vietnam 44, Filipina 51 dan Indonesia berada pada peringkat 87.

GII menghitung berbagai aspek di dalam inovasi, termasuk institusi/kelembagaan, sumber daya manusia dan penelitian, infrastruktur, kepuasan konsumen, kepuasan dunia usaha, output dalam hal pengetahuan dan teknologi, dan output dalam hal kreatifitas. Untuk setiap aspek tersebut, Indonesia berada di posisi rendah (Tabel 1). 

Tabel 1. Komponen GII Indonesia

Adanya inovasi juga memberi manfaat positif bagi kemakmuran sebuah negara karena kebutuhan konsumen yang terpenuhi, penjual yang bisa meningkatkan penjualan, dan memberi manfaat bagi pihak-pihak lain yang terlibat dalam penciptaan inovasi. 

Publikasi Global Innovation Index juga menunjukkan tingkat inovasi, diukur dengan skor GII, berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan, yang diukur dengan produk domestik bruto per kapita (Gambar 1). 

Gambar 1. Hubungan Inovasi dan Pembangunan

Maka, peringkat inovasi Indonesia yang masih tergolong rendah, ditambah dengan produk domestik bruto per kapita Indonesia yang mencapai USD4,000 membawa peluang inovasi yang  terbuka lebar.

Tambahkan Value Added 

Siapapun bisa menambahkan value added, dalam bentuk apapun, dan dengan tambahan harga berapapun. Indikator penerimaannya cuma satu: diterima oleh pasar (baca: laku terjual). 

Maka, ada dua opsi untuk penambahan value added yakni menambahkan nilai tambah atas komponen yang sudah ada dengan cara menciptakan sendiri atau menggunakan komponen yang ditawarkan oleh pihak ketiga. 

Contoh di layanan pesan antar tadi, bagi beberapa pihak, untuk mengontrol kualitas layanan (dan juga daripada harus berbagi keuntungan dengan pihak lain) lebih baik bagi mereka untuk memiliki armada pengantaran sendiri.

Konsekuensinya, pengusaha harus berinvestasi dalam waktu, biaya, dan tenaga untuk membangun sistem. Keuntungannya, pengorbanan tadi dapat terbayarkan jika usaha mencapai skala ekonomis, bahkan sistem tersebut dapat diarahkan untuk melayani pengusaha yang lain.

Sementara bagi pihak lain, daripada memiliki armada pengantaran sendiri, lebih baik bagi pengusaha untuk bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pengantaran makanan, dengan konsekuensi adanya biaya yang harus dibayarkan ke pihak ketiga tersebut. 

Keuntungannya, pengusaha tidak perlu lagi menginvestasikan waktu, biaya, dan tenaga untuk memberikan nilai tambah yang notabene dapat di-handle oleh pihak lain yang sudah memiliki track record bagus. Terlebih, pengusaha dapat memilih rekanan pihak ketiga sesuai dengan preferensi sendiri.

Penutup

Penciptaan value added menjadi penting untuk kepentingan penjual dan pembeli. Secara lebih luas, inovasi dibutuhkan untuk mendorong value added sehingga dapat bermanfaat bagi kenaikan kesejahteraan negara.

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check