Wisata Alam: Kuantitas dan Kualitas
Publikasi Natural Beauty Report yang dirilis oleh situs money.co.uk pada 7 Februari 2022 menempatkan Indonesia di posisi pertama dari 50 negara di dunia dalam hal jumlah tempat wisata alam (natural attraction) yang dimiliki untuk setiap 100 ribu kilometer persegi.
Dari total skor maksimal 10, Indonesia mendapat skor 7,77. Kemudian di peringkat dua ada Selandia Baru dengan skor 7,27. Disusul oleh Kolombia di peringkat ketiga, dengan skor 7,16.
Tabel 1. Lima Besar Negara-negara dalam Natural Beauty Report 2022
Bila dilihat dari metodologinya, Natural Beauty Report meranking negara-negara berdasarkan tujuh faktor, yakni gunung api, gunung, terumbu karang, area konservasi, panjang garis pantai, hutan hujan tropis, dan glasier. Faktor-faktor tersebut berisi jumlah maupun konsentrasi per 100.000 kilometer persegi, yang kemudian dinormalisasi dengan skor maksimum 10 untuk setiap faktor dan dicari nilai rata-rata untuk ketujuh faktor tersebut (Tabel 1).
Semakin tinggi skor suatu negara dalam pemeringkatan di atas, maka jumlah dan konsentrasi tempat wisata berbasis keindahan alam semakin tinggi.
Kuantitas atau Kualitas?
Indonesia termasuk dalam peringkat tiga besar dalam hal jumlah gunung api, jumlah gunung, luas terumbu karang, panjang garis pantai, luas hutan hujan tropis. Namun Indonesia tidak termasuk dalam tiga besar untuk ketujuh faktor tersebut dalam hal konsentrasi per 100.000 km2.
Hal ini berarti Indonesia memiliki banyak andalan tempat wisata alam, namun tidak ada satu atau beberapa jenis keindahan alam yang dominan.
Hal ini berdampak tingkat keseriusan menggarap wisata alam tersebut menjadi tidak maksimal.
Lebih lanjut, pemeringkatan ini lebih ke aspek kuantitatif, yakni mengukur jumlah eksisting, dan bukannya mengukur kualitas tempat wisata tersebut atau melihat dampak tempat wisata tersebut bagi masyarakat atau perekomian nasional.
Banyaknya tempat wisata atau konsentrasi tempat wisata di pemeringkatan tersebut berbanding lurus dengan potensi wisata.
Maka, dengan peringkat nomor satu dari 50 negara yang disurvei tersebut, sudah sejauh mana Indonesia bisa memanfaatkan potensi alamnya untuk menarik lebih banyak pengunjung, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat?
Kuantitas yang tinggi seharusnya bisa menarik lebih banyak wisatawan dibanding negara lain dengan kuantitas lebih rendah, dengan asumsi hal-hal lain adalah konstan (ceteris paribus).
Kita bisa melihat dari jumlah kunjungan wisatawan asing. Pada tahun 2019, Indonesia menerima kunjungan 16,1 juta jiwa wisatawan asing. Jumlah ini jauh lebih rendah daripada Thailand yang menerima 39,9 juta kunjungan, Malaysia (26,1 juta), atau Singapura (19,1 juta). Kinerja Indonesia untuk menarik wisatawan asing di tahun tersebut kurang lebih sama seperti Afrika Selatan (14,7 juta), Portugal (17,1 juta), atau Korea Selatan (17,5 juta).
Kinerja sektor pariwisata juga bisa dilihat dari pengeluaran wisatawan asing. Pada tahun 2019, pengeluaran wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia mencapai 14,4 miliar dolar Amerika. Nilai ini jauh lebih rendah dibanding negara-negara tetangga seperti Singapura (25,3 miliar dolar) dan Thailand (16,8 miliar dolar).
Data di atas menunjukkan meski Indonesia ada di peringkat pertama dalam jumlah tempat wisata berbasis alam, namun kondisi ini belum dimanfaatkan secara optimal bila dilihat dari kinerja pariwisata Indonesia bila dilihat dari dua indikator tersebut yang masih belum menyamai negara-negara lain dengan kuantitas tempat wisata alam lebih sedikit.
Maka, jumlah tempat wisata saja tidak cukup. Kuantitas tempat wisata alam yang tinggi belum tentu menjamin tingginya laju kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian.
Ada hal-hal lain yang berpotensi mempengaruhi seperti kualitas tempat wisata tersebut, sejauh mana eksploitasi tempat wisata tersebut, aksesibilitas, infrastruktur, promosi, tingkat penerimaan masyarakat, sampai pada masalah keamanan dan masalah sosial.
Pengembangan potensi wisata di Indonesia juga perlu pemeringkatan antar daerah di Indonesia dengan metode serupa seperti yang dilakukan di atas. Pemeringkatan ini untuk melihat sejauh mana jumlah tempat wisata alam, dan konsentrasi tempat wisata alam di daerah-daerah di Indonesia.
Hasil yang akan diperoleh kemudian dilengkapi dengan penjelasan yang memasukkan aspek kualitas, tingkat eksploitasi, serta dampak bagi masyarakat sekitar. Sehingga akan terlihat sudah sejauh mana kontribusi sektor parwisata di suatu daerah terhadap perekonomian di daerah tersebut.
Penutup
Indonesia harus berbangga karena dikaruniai alam yang indah dengan tempat wisata alam yang melimpah. Namun kita juga perlu mewaspadai saat karunia tersebut tidak mampu dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat setempat dan perekonomian nasional.
Referensi:
https://www.money.co.uk/loans/natural-beauty-report
https://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.ARVL
https://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.XPND.CD?end=2019&name_desc=false&start=2019&view=bar