Rezeki Agregat atau Rezeki Per Kapita?
Apakah semakin besar ukuran rumah tangga—yang berarti semakin banyak anggota keluarga di rumah tangga tersebut—berbanding lurus dengan tingkat kemajuan negara dan tingkat kemakmuran penduduknya?
Gambar di bawah menunjukkan pengelompokan negara-negara berdasarkan rata-rata jumlah anggota keluarga.
Source: International Indicators: Average Household Size - PRB
Negara-negara yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih besar dari 3,0 pada umumnya terletak di kawasan Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Rata-rata jumlah anggota keluarga lebih besar dari 3,0 berarti dalam keluarga tersebut terdapat ayah, ibu, dan minimal satu orang anak.
Gradasi yang semakin gelap menunjukkan semakin banyak rata-rata jumlah anggota keluarga.
Di sisi lain, negara-negara Eropa, Asia Timur, dan Amerika Utara memiliki jumlah anggota keluarga lebih lebih kecil dari 3,0.
Jika negara-negara di Eropa, Amerika Utara dan Asia Timur dikenal sebagai negara maju, maka gambar di atas menunjukkan hubungan awal adanya keterkaitan antara jumlah anggota keluarga dimana negara-negara maju memiliki karakteristik rata-rata jumlah anggota keluarga yang kecil sementara negara-negara yang tidak (atau belum) maju ditandai dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang besar.
Gapapa. Banyak Anak Banyak Rezeki
Tambahan anggota keluarga biasanya akan berdampak positif bagi rezeki yang diterima keluarga tersebut. Namun, apakah rezeki tersebut berupa rezeki secara agregat (keseluruhan) atau rezeki per kapita (untuk setiap individu)?
Konsep rezeki memang sangat subyektif. Tidak heran, berbagai peneliti mencoba menerjemahkan konsep yang abstrak tadi menjadi sebuah ukuran yang lebih obyektif, yang bisa digunakan untuk membandingkan satu individu dengan individu lain, satu keluarga dengan keluarga lain, atau satu periode dengan periode lain.
Salah satu upaya untuk mengukur rezeki keluarga secara obyektif adalah dengan menilai dengan ukuran uang sejauh mana pendapatan yang diterima keluarga tersebut, atau sejauh mana pengeluaran yang harus dikeluarkan keluarga tersebut seiring dengan pertambahan jumlah anggota keluarga.
Diasumsikan, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan akan semakin besar. Atau semakin banyak jumlah anggota keluarga, pengeluaran akan semakin besar. Hal-hal lain adalah konstan.
Kembali kepada masalah pokok di atas, kenaikan pendapatan atau kenaikan pengeluaran karena pertambahan jumlah anggota keluarga itu diukur secara agregat atau per kapita?
Hal ini penting mengingat jika ada pertambahan jumlah anggota keluarga yang menyebabkan pendapatan atau pengeluaran akan naik secara agregat namun turun secara perhitungan per kapita, menunjukkan adanya penurunan standar hidup.
Contohnya, saat pasangan suami istri memiliki pendapatan gabungan sebesar Rp.3 juta per bulan. Secara per kapita, pendapatan setiap orang di keluarga tersebut adalah Rp.1,5 juta.
Jika ada keluarga lain yang memiliki 1 anak, maka untuk mempertahankan standar hidup yang sama dengan keluarga sebelumnya, dengan asumsi hal-hal lain adalah konstan (ceteris paribus), keluarga tersebut harus memiliki pendapatan agregat sebesar Rp.4,5 juta.
Demikian halnya saat ada keluarga berikutnya memiliki 5 anak, maka untuk mencapai standar hidup yang sama dengan kedua keluarga yang lain (dengan nilai Rp.1,5 juta per kapita), keluarga tersebut harus memiliki pendapatan agregat sebesar Rp.10,5 juta.
Jika, keluarga dengan 5 anak ini memiliki pendapatan agregat sebesar Rp.7 juta per bulan, yang notabene masih lebih besar dari dua keluarga sebelumnya, ternyata nominal Rp.7 juta tersebut, yang jika dibagi 7 anggota keluarga memberi hasil Rp.1 juta, masih belum cukup untuk mencapai standar hidup yang sama dengan dua keluarga pertama tadi.
Maka, meski pendapatan agregat lebih tinggi dari dua keluarga pertama, keluarga ketiga memiliki pendapatan per kapita lebih rendah dari keduanya. ceteris paribus.
Semua perhitungan di atas hanya untuk mencapai standar hidup yang sama dengan keluarga lain. Kita belum bicara tentang bagaimana meningkatkan standar hidup, misalnya keluarga ketiga tadi ingin punya pendapatan per kapita Rp.2 juta per bulan.
Penutup
Jadi, banyak anak banyak rezeki? Mungkin iya. Tapi lihat dulu, itu rezeki agregat atau rezeki per kapita.
Untuk level negara, jika semakin banyak jumlah penduduk membuat pendapatan per kapita malah semakin turun, bagaimana bisa mencapai status negara maju, yang ditandai dengan pendapatan per kapita yang tinggi?
(Thomas Soseco)