Profil Tenaga Kerja di Masa Depan
Publikasi the Economist menunjukkan sektor yang terdampak paling parah karena pandemi menurut parameter tenaga kerja yang terdampak yang adalah sektor-sektor yang terkait dengan dunia internasional dan padat tenaga kerja. Sementara sektor-sektor yang memiliki dampak minimal karena pandemi adalah yang berorientasi lokal dan yang padat teknologi.
Sektor perdagangan besar dan eceran, serta industri manufaktur adalah yang paling terdampak karena pandemi COVID-19. Hal ini terjadi karena pandemi menyebabkan penutupan pintu-pintu perbatasan sehingga jalur distribusi barang antara negara akan terhenti. Pada saat yang sama, pembatasan pergerakan manusia dan barang di negera tujuan ekspor menyebabkan penurunan permintaan komoditas ekspor, baik barang konsumsi atau barang yang digunakan untuk proses produksi.
Sektor pendidikan dan pertanian adalah yang terdampak minimal karena pandemi. Sektor pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, atau tinggi, termasuk lembaga kursus/keterampilan dan persiapan bahasa asing biasanya juga memiliki pangsa pasar dalam negeri. Sama halnya dengan sektor pertanian, fokus dalam pemenuhan pasar domestik menjadi sumber pemasukan utama kala pandemi. Sektor pertanian yang justru sebagian besar produknya untuk ekspor akan berpotensi mendapat dampak yang lebih berat daripada sektor pertanian yang fokus pada pasar domestik.
Dengan kondisi seperti ini, kita bisa memetik pelajaran untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai di masa depan, yakni yang memiliki profil atau karakteristik tertentu.
Profil tenaga kerja yang dibutuhkan di masa depan
Disrupsi pandemi COVID-19 terhadap dunia tenaga kerja berarti juga akan ada hal-hal baru yang muncul dan bisa jadi ada hal-hal tertentu yang menghilang karena adanya pandemi. Beberapa hal yang diperkirakan akan semakin dibutuhkan oleh tenaga kerja:
Pertama, kebutuhan untuk melek digital dan big data. Dunia digital dan big data akan menjadi tulang punggung arah produksi dan distribusi. Batas antar negara akan semakin memudar, sementara proses produksi semakin tidak lagi dibatasi oleh batas-batas geografis. Pada saat yang sama, akan semakin banyak layanan luring (offline) yang bergeser menjadi daring (online). Hal ini membawa konsekuensi pergeseran tenaga kerja dari luring ke daring.
Penguasaan dunia digital ini dapat diukur dari penguasaan teknologi, penyediaan platform, dan sekaligus menyediakan konten. Ketiganya harus dimiliki sekaligus, agar mengurangi ketergantungan dengan pihak luar dan semakin mempercepat adaptasi teknologi baru.
Namun, meski dunia daring akan semakin menguat, perusahaan-perusahaan tidak akan bisa meninggalkan kantor konvensional. Ada sensasi yang tidak tergantikan oleh layanan daring ini. Artikel ini memberi contoh bagus: https://www.1843magazine.com/features/death-of-the-office
Kedua, punya modal besar, yang diukur dari simpanan atau aset likuid. Hal ini bermanfaat bagi pekerja untuk mendukung fleksibilitas pekerjaan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau dana cadangan kala krisis. Kebanyakan tenaga kerja yang bukan tergolong dalam kelompok manajemen akan berstatus karyawan kontrak atau mitra kerja. Oleh karena itu, mereka butuh dana darurat yang memadai untuk bertahan kala pemutusan kontrak atau tidak lagi mendapatkan penghasilan. Tenaga kerja juga cenderung menumpuk aset likuid. Kata kuncinya adalah mobilitas. Aset yang likuid ini memudahkan pekerja untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Ketiga, kreatif. Hal ini berarti pekerja mampu memberi nilai tambah bagi pekerjaannya, seperti dengan diversifikasi produk, kustomisasi layanan, atau layanan eksklusif bagi klien. Kreativitas ini juga muncul dari jenis-jenis profesi baru. Hasil-hasil industri kreatif juga harus mampu menjangkau pasar luar negeri.
Keempat, mengambil keputusan dengan cepat. Hal ini karena perusahaan-perusahaan mengejar efisiensi dan keberlanjutan dengan cara menciptakan struktur organisasi yang ramping dan birokrasi yang pendek. Oleh karena itu, orang-orang yang ada di manajemen perusahaan biasanya mendapat kuasa lebih besar untuk mengambil keputusan. Pekerja juga harus mampu mengunduh informasi secara masif namun juga pada saat yang sama harus mampu menyaring informasi yang dibutuhkan. Pekerja harus mampu menulis/menuangkan ide/pengalaman mereka secara terstruktur dan dalam tempo singkat.
Kelima, memiliki kemampuan dasar hidup (basic life skill) . Hal ini terjadi karena perusahaan tidak lagi mau membuang uang untuk menambah jumlah karyawan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh karyawan yang ada. Contohnya: lebih mudah dan murah bagi perusahaan untuk memberi fasilitas mobil dinas kepada karyawan daripada menyediakan mobil operasional plus supir. Perusahaan juga akan condong ke praktik berbagi pakai. Daripada membeli dan mengeluarkan biaya penyusutan, akan lebih menguntungkan untuk menyewa.
Tantangan bagi Pekerja
Melihat beberapa hal bisa menjadi tantangan bagi pekerja untuk mewujudkan karakteristik di atas.
Pertama, adanya masalah ketimpangan. Ketimpangan akan menyebabkan hanya ada sebagian pekerja mampu beradaptasi dengan cepat atas perubahan ada sebagian lagi yang lambat menyesuaikan diri dengan perubahan. Mereka yang adaptif biasanya ditunjang dengan infrastuktur dan kondisi ekonomi yang mendukung, sementara mereka yang lebih lambat menerima perubahan biasanya disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur, lambannya persebaran informasi, dan kurangnya modal. Ketimpangan ini membawa dampak pada perbedaan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan.
Kedua, kurva keberhasilan semakin tinggi namun juga semakin singkat. Jika dibuat dalam bentuk kurva, dengan sumbu vertikal adalah imbal hasil karena kesuksesan (misalnya pendapatan, popularitas, peluang usaha baru, dsb) dan kurva horizontal adalah waktu, maka imbal hasil karena kesuksesan akan tinggi dan tercapai dalam waktu yang singkat.
Hal ini terjadi karena masyarakat lebih mampu menghargai ide-ide kreatif. Popularitas juga tercapai dalam waktu singkat karena adanya internet. Pada saat yang sama, jaringan produksi dan pemasaran yang lebih pendek membuat interaksi produsen dan konsumen akan lebih intensif. Pekerja yang ada di sektor ini harus terus mempertahankan posisinya dengan produktif dan menghasilkan ide-ide baru.
Ketiga, persaingan yang semakin ketat. Pesaing bisa berasal dari dalam dan luar negeri. Industri atau proses produksi lintas wilayah akan memudarkan batas-batas geografis. Kepemilikan aset menjadi tidak penting karena pengusaha dan pekerja bisa berbagi pakai sumber daya.
Keempat, diversifikasi layanan dan fokus pada pelanggan. Pelanggan kelas massal akan semakin berkurang, digantikan dengan layanan pelanggan yang lebih personal dan bisa dikustomisasi. Semakin banyak pelanggan yang bisa mengerjakan lebih banyak hal sendiri tanpa bantuan dunia usaha.
Penutup
Identifikasi profil tenaga kerja yang dibutuhkan di masa depan penting untuk dilakukan. Agar setiap orang bisa mempersiapkan generasi produktif untuk masa depan. Dan agar tenaga kerja yang ada di masa kini bisa menyesuaikan diri untuk tetap produktif di masa depan.
(Thomas Soseco)