Output dan Outcome Dunia Pendidikan

Image
Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah (Source: The World Bank)


Angka partisipasi sekolah semakin tinggi namun outcome tetap rendah

Laporan Bank Dunia 2019 yang berjudul The Promise of Education in Indonesia (pdf) menunjukkan bahwa meski tingkat partisipasi sekolah di Indonesia meningkat namun outcome yang dihasilkan tetap rendah.

Indikator pendidikan yang diukur dari kuantitas pendidikan, yakni lama sekolah dan angka partisipasi sekolah menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Namun, perbaikan pendidikan dari sisi kuantitas ternyata tidak diimbangi dengan perbaikan dari sisi kualitas.

Kualitas dari proses pendidikan dapat diukur dari outcome dan output yang dihasilkan.
Outcome dan output merupakan hasil dari sebuah proses. Namun dua hal tersebut memiliki perbedaan yang substansial. Output merupakan hasil yang terlihat setelah proses selesai. Sementara outcome merupakan perubahan prilaku output karena adanya proses yang diberikan.

Dalam dunia pendidikan, hasil akhir bisa berupa jumlah lulusan atau skor siswa dalam mengerjakan evaluasi (output) atau berupa kemampuan lulusan beradaptasi dengan dunia kerja atau daya tahan siswa dalam memecahkan persoalan (outcome).

Stunting 

Perbedaan outcome dari proses pendidikan dapat juga disebabkan oleh stunting. World Health Organization mendefinisikan stunting sebagai the impaired growth and development that children experience from poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation.

Sementara Kementerian Kesehatan mendefinisikan stunting (kerdil) sebagai masalah gizi kronis yang ditandai dengan anak tumbuh lebih pendek daripada anak-anak lain seusianya. Publikasi TNP2K pdf

Kurangnya gizi terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitasnya. Tak pelak, stunting diduga berpengaruh pada output dan outcome. Meski sudah diberi intervensi (dalam hal ini proses pendidikan), namun gangguan sejak dini pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan berpotensi membuat output dan outcome tidak maksimal.

Ketimpangan Kekayaan dan Outcome Dunia Pendidikan

Perbedaan output dan outcome antar siswa juga bisa disebabkan oleh ketimpangan. Ketimpangan ini berasal dari perbedaan kekayaan yang dimiliki orang tua mereka. Perbedaan kekayaan ini lebih bisa menunjukkan perbedaan nyata dibanding perbedaan pendapatan. Orang-orang kaya biasanya punya pendapatan tinggi, sementara orang yang punya pendapatan tinggi belum tentu kaya.

Kekayaan juga lebih bersifat permanen; sebuah keluarga dapat seketika mengalami penurunan pendapatan namun karena adanya kekayaan, mereka dapat tetap mempertahankan standar hidup (misalnya dengan menjual aset atau mengambil tabungan). Kekayaan juga dapat diwariskan; orang tua yang kaya biasanya menghasilkan anak-anak yang kaya juga.

Maka, perbedaaan antara kaya dan miskin akan dapat menghasilkan perbedaan output dan outcome dari proses pendidikan.

Contohnya adalah orang kaya lebih mampu memberi makanan bergizi bagi anak-anaknya, sehingga mereka memiliki daya tahan, daya konsentrasi, serta daya pikir yang lebih baik. Atau orang kaya lebih mampu menyediakan sumber-sumber pembelajaran yang luas dan bervariasi sehingga anak-anaknya memiki referensi yang memadai sebagai bekal dalam memecahkan persoalan. Contoh lain adalah orang kaya lebih mampu menyediakan ruang belajar yang nyaman sehingga anak-anaknya terlatih fokus dalam belajar.

Perbedaan-perbedaan tersebut berpotensi menyebabkan perbedaan output dan outcome dari proses pendidikan.

Epilog

Proses belajar mengajar relatif sama. Perbedaan di bidang output dan outcome bisa saja disebabkan oleh perbedaaan input sejak awal sehingga ada siswa yang mampu menghasilkan output dan outcome lebih baik dari siswa lain.

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Innovation-Driven Economic Development for Inclusive Well-being: Assessing Household Resilience to Economic Shocks

IFLS: Mencari Variabel

"The Role of Microeconomics and Macroeconomics in Development"

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Pelayanan Publik Gratis atau Berbayar?

KKN di Desa Penari