Bagaimana Menyikapi Pinjaman Online

Banyaknya keluhan masyarakat akan pinjaman online alias pinjol menunjukkan adanya kelengahan di masyarakat dalam urusan meminjam uang. Meski meminjam uang pinjol tergolong mudah, bukan berarti pinjol adalah solusi terbaik.

Iming-iming proses cepat membuat masyarakat terlena. Tidak adanya transparansi membuat beban bunga meningkat cepat. Tak pelak, banyak orang akhirnya terjerumus dalam jerat gali lubang tutup lubang.

Lebih gawatnya lagi, pinjol tersebut adalah pinjol ilegal yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bahkan ada satu orang yang terjerat pinjaman di 141 pinjol ilegal. Sumber: detikcom

Pinjol diterbitkan oleh perusahaan financial technology (fintech), dengan berbasis pada aplikasi dan telepon selular. Berbeda dengan bank dan lembaga keuangan lainnya, fintech biasanya tidak mensyaratkan agunan sebagai jaminan akan pinjaman.

Kredit yang bermasalah biasanya adalah banyak ditemui di fintech ilegal. Ilegal berarti perusahaan fintech tersebut tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni lembaga negara yang mengawasi industri jasa keuangan di Indonesia.

Fintech yang tidak terdaftar di OJK berarti kurangnya/ tidak adanya pengawasan atas prosedur yang diberikan, seperti dalam hal seleksi nasabah, pemberian hutang, manajemen resiko, termasuk model penagihan. Fintech yang tidak terdaftar berarti juga memiliki beberapa aspek yang perlu diragukan legalitasnya, seperti legalitas badan hukum, lokasi kantor, serta penanggung jawab.

Pada fintech yang tidak terdaftar, aspek kehati-hatian yang biasanya dilanggar. Biasanya mereka mempromosikan persetujuan pinjaman instan dan tidak berbelit-belit. Hal ini berarti adanya risiko tinggi dalam pemberian pinjaman.

Risiko yang tinggi ini akan diimbangi dengan bunga pinjaman yang tinggi pula. Pada saat yang sama, hak-hak nasabah untuk mendapatkan transparansi biaya dan manfaat juga tidak terpenuhi. Saat gagal bayar, nasabah juga cenderung ditagih dengan disertai ancaman dan teror. 



Meminjam uang di pinjol diperbolehkan selama masyarakat mampu memahami manfaat, biaya, dan risikonya. Fintech yang aman adalah fintech yang terdaftar di OJK. Terdaftar di OJK berarti fintech harus mematuhi peraturan yang berlaku. Peraturan tersebut untuk melindungi nasabah dan perusahaan itu sendiri.

Nasabah mendapatkan transparansi layanan, biaya, dan manfaat serta dilindungi dari bunga yang terlalu tinggi dan model-model penagihan yang melibatkan teror dan kekerasan. Sementara perusahaan juga terlindungi dari resiko gagal bayar yakni dengan melaksanakan seleksi pemberi pinjaman yang ketat termasuk dengan kemampuan mengakses Pusat Data Fintech Lending (Pusdafil).

Fintech lending berijin dan terdaftar di OJK per 7 Agustus 2019 dapat dilihat di sini.

Sumber Lain untuk Mendapatkan Pinjaman

Selain fintech, terdapat beberapa sumber pinjaman yang dapat diakses oleh masyarakat, yakni bank dan koperasi serta pegadaian.

Bank dan koperasi biasanya hanya menerima agunan bernominal tinggi, seperti sertifikat tanah atau bangunan. Peluang pinjaman disetujui juga lebih tinggi jika masyarakat telah menjadi nasabah di bank atau koperasi tersebut. Ada pula kredit tanpa agunan, namun biasanya diberikan kepada nasabah lama atau nasabah yang memiliki profil resiko gagal bayar rendah, yakni mereka yang memiliki pendapatan rutin atau memiliki sejumlah dana yang dikunci selama periode peminjaman.

Pada umumnya, bank atau koperasi memberi pinjaman dengan nominal besar, setidaknya Rp. 5 atau 10 juta, dan memakan waktu beberapa hari kerja untuk proses persetujuan.

Meminjam uang di bank atau koperasi kurang cocok bagi masyarakat yang membutuhkan dana dalam nominal kecil (misalnya Rp. 1-3 juta) atau membutuhkan dana dalam waktu cepat (dalam hitungan menit atau jam).

Image result for pegadaian

Masyarakat bisa menggadaikan barangnya untuk mendapatkan sejumlah uang. Gadai berati pemilik barang menyerahkan barang yang dimiliki sebagai jaminan atas pinjaman sejumlah uang. Setelah nasabah melunasi pinjamannya, maka barang akan dikembalikan. Namun jika nasabah gagal melunasi hutangnya, penerima gadai akan menjual barang yang dijaminkan untuk menutupi hutang, dan jika ada sisa maka akan diberikan kepada nasabah peminjam.

Gadai biasanya dipilih mereka yang ingin mendapatkan dana cepat namun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Proses gadai biasanya berlangsung cepat (20 sampai 30 menit) dan nasabah akan menerima uang pinjaman pada hari itu juga.

Nominal uang hasil gadai juga dapat dimulai dari nominal kecil, biasanya di bawah Rp.100.000 tergantung pada barang gadai. Barang-barang yang bisa digadaikan juga lebih bervariasi daripada jenis agunan ke bank dan koperasi. Pegadaian biasanya menerima barang gadai berupa emas, perhiasan, barang elektronik, kendaraan bermotor, dan sertifikat tanah atau bangunan.

Kunci untuk mendapatkan nilai pinjaman yang tinggi adalah memiliki barang gadai yang memiliki nilai taksir tinggi. Nilai taksir tinggi didapat dari potensi nilai jual tinggi yang dimiliki barang tersebut; bukan nilai pada saat barang tersebut dibeli. 

Beberapa barang berikut memiliki potensi nilai jual tinggi:

Pertama, logam mulia dan perhiasan. Logam mulia dan perhiasan pada umumnya memiliki nilai jual tinggi. Nilai jual tertinggi adalah saat kedua jenis barang tersebut dalam kondisi baik dan dilengkapi nota pembelian atau sertifikat keaslian.

Kedua, barang elektronik. Barang elektronik bisa berupa TV, radio, komputer, dan telepon seluler. Barang elektronik yang memiliki nilai jual tinggi adalah barang-barang yang relatif baru. Pada umumnya, barang elektronik memilki nilai depresiasi tinggi. Hal ini terjadi karena model-model baru selalu muncul dalam hitungan bulan, membuat tipe atau model yang lebih lama menjadi ketinggalan jaman. Dibanding logam mulia dan perhiasan, barang elektronik juga lebih rentan rusak akibat pemakaian atau penyimpanan.

Ketiga, kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang memiliki nilai jual tinggi adalah yang relatif baru, yakni berusia tidak lebih dari 10 tahun. Kelengkapan kendaraan sangat penting, termasuk surat kepemilikan. Pada beberapa tipe pinjaman, nasabah dapat tetap menggunakan kendaraannya untuk beraktivitas sehari-hari.

Terakhir adalah sertifikat tanah atau bangunan. Kedua tipe ini biasanya digunakan untuk mendapatkan pinjaman dengan nominal besar. Juru taksir akan mendatangi lokasi untuk menaksir harga jual.

Karena jenis dan nilai agunan berperan penting dalam mendapatkan pinjaman, maka tidak ada salahnya setiap individu atau keluarga mengumpulkan aset berharga yang potensial sebagai akses mendapatkan pinjaman.

Aset yang Penting untuk Dimiliki

Dalam perspektif individu atau keluarga, aset adalah barang-barang yang memiliki nilai komersial bagi pemiliknya. Nilai komersial berati barang tersebut dapat ditukarkan dengan barang lain atau dengan sejumlah uang. Penukaran tersebut bisa dilakukan dengan barter, menjual, atau menggadaikan barang tersebut.

Beberapa contoh aset adalah:
1. Properti (rumah, kios, toko), tanah pekarangan.
2. Tanah untuk pertanian (sawah, ladang, kebun), tanah untuk peternakan, tanah untuk perikanan darat.
3. Tanaman pertanian/ perkebunan, hewan ternak (mamalia, unggas, ikan), alat-alat pertanian (traktor, mesin pompa air, alat tanam), alat perikanan (pancing, keramba).
4. Kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor, truk, sampan, kapal).
5. Alat elektronik (TV, radio, telepon selular), perabot (meja, kursi, tempat tidur, lemari), alat-alat rumah tangga (kompor, alat masak).
6. Logam mulia, perhiasan (perhiasan dari logam mulia, perhiasan dari batu mulia).
7. Uang dan derivatifnya (tabungan, deposito, saham, surat berharga).
8. Benda antik dan karya seni  (lukisan, alat musik, patung, perangko).

Dari berbagai jenis aset di atas, ada beberapa jenis aset yang memiliki nilai depresiasi tinggi yang berarti harga saat pelepasan (barter, menjual, atau menggadaikan) lebih rendah daripada harga saat perolehan (membeli, bagi hasil). Karakteristiknya adalah adanya penurunan nilai karena keausan atau ketinggalan teknologi. Contohnya adalah kendaraan, barang elektronik, dan perabot rumah tangga.

Aset yang memiliki nilai depresiasi tinggi bukan berarti harus dihindari, melainkan harus dijaga agar bukan menjadi fokus utama individu atau keluarga dalam mengumpulkan aset. Orientasi pemilik adalah memaksimalkan kegunaan barang tersebut. Bukan orientasi menjual kembali. Juga sebisa mungkin setiap individu membeli aset tersebut tanpa ada mark up harga, yakni pembelian secara kredit.


Dengan mendasarkan pada kriteria agunan yang diterima di tempat gadai, maka kita dapat memilah jenis aset yang penting untuk dimiliki individu atau keluarga sebagai berikut (berdasarkan prioritas):
1. Properti atau tanah.
2. Perhiasan dan logam mulia.
3. Kendaraan.
4. Barang elektronik

Properti atau tanah menjadi prioritas pertama karena nilainya akan selalu naik. Pada saat yang sama, properti atau tanah akan memberi nilai guna, seperti untuk dihuni atau disewakan. Perhiasan dan logam mulia penting untuk dimiliki karena nilainya yang relatif stabil serta tidak gampang rusak karena pemakaian atau penyimpanan.

Kendaraan pada umumnya memiliki nilai depresiasi tinggi. Namun kendaraan masih tetap memiliki nilai guna, baik dipakai sendiri sebagai sarana transportasi atau dikaryakan misalnya disewakan atau dijadikan angkutan antar jemput. Barang elektronik memiliki depresiasi tinggi, serta mudah rusak karena penyimpanan atau penggunaan. Namun barang elektronik memberikan nilai guna bagi pemiliknya.

Epilog

Cermat mengelola aset tidak hanya bermanfaat untuk akumulasi aset namun juga sebagai penyelamat bagi individu atau keluarga saat membutuhkan dana cepat. Sehingga iming-iming kemudahan mendapatkan pinjaman dapat dihindari.

(Thomas Soseco)



Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

KKN di Desa Penari

Palma Ratio Indonesia

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Generasi Hutang: Literasi Keuangan dan Kekayaan Rumah Tangga

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?