Perguruan Tinggi dan Generasi Z

what is generation z


Tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke depan semakin kompleks dengan lahirnya revolusi industri 4.0, Hal ini ditambah lagi dengan adanya generasi Z yang kini menjadi bagian dari keluarga besar perguruan tinggi tersebut. 

Perlu langkah ideal bagaimana kampus memberi kontribusi terbaik bagi bangsa, menyesuaikan dengan profil generasi Z itu sendiri.

Revolusi industri 4.0 merupakan perkembangan dari tahap-tahap sebelumnya. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan hadirnya kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), cloud technology, dan big data. 

Pada jaman ini semakin banyak perangkat yang terkoneksi dan terintegrasi dengan internet. Ini adalah perkembangan dari otomatisasi dan penggunaan komputer yang merupakan ciri revolusi industri 3.0. Revolusi industri 4.0 sendiri dipercaya adalah akan secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja, dan interaksi satu sama lain.

Saat ini, sebagian besar mahasiswa sarjana dan diploma tergolong sebagai generasi Z; generasi yang amat berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. 

Generasi Z adalah mereka yang lahir pada periode 1995-2010, atau mereka yang sekarang berusia 8 hingga 23 tahun. Generasi ini merupakan penerus dari generasi sebelumnya, yakni generasi Y. 

Generasi Y adalah mereka yang lahir pada rentang 1980-1995, atau mereka yang saat ini berusia 23-38 tahun. Kesamaan dari kedua generasi adalah mereka begitu akrab dengan dunia internet. 

Namun bedanya, generasi Y dapat dikatakan merekalah yang membentuk dunia internet sementara generasi Z yang dibentuk oleh internet. Generasi Y adalah yang menciptakan ruang belanja online, menciptakan cara agar memesan makanan hanya melalui telepon pintar, atau menciptakan sistem ride sharing. 

Kenyamanan itu kemudian yang intensif dinikmati oleh generasi Z, sehingga belanja tidak perlu repot keluar rumah dan ingin makan hanya tinggal order di telepon pintar. Semua ada di genggaman tangan. Kemudahan instan inilah yang kemudian menjadi ciri khas dan pola pikir bagi generasi Z.

Profil mahasiswa seperti inilah yang dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia saat ini. Secara lebih luas, profil inilah juga yang umumnya melekat pada sekitar 70 juta jiwa penduduk Indonesia, atau 30 persen dari populasi. 

Meski saat ini sebagian besar dari generasi Z masih berada di bangku sekolah, 10 sampai 20 tahun lagi merekalah yang akan menjadi ujung tombak bangsa ini dalam berkompetisi di dunia internasional.

Fokus tentu layak diberikan pada generasi Z. Bagi generasi ini, ada dua hal yang menjadi kunci. 

Pertama adalah inovasi. 

Adanya internet dapat membuka peluang mendapatkan penghasilan yang tidak terbayang sebelumnya. Kini jamak seseorang bisa mendapatkan penghasilan jutaan rupiah dari profesinya sebagai youtuber atau selebgram. Tentu saja mereka tidak akan bisa terkenal atau menjadi trendsetter tanpa adanya inovasi. 

Inovasi ini penting karena saat ini peringkat inovasi Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga. Global Innovation Index 2018 menempatkan Indonesia pada peringkat 85 dari 126 negara dalam hal inovasi. Peringkat ini jauh lebih rendah dibanding Singapura (posisi 5), Malaysia (35), Thailand (44), dan Vietnam (45). Maka, generasi Z yang inovatif merupakan motor penggerak bagi kemajuan inovasi Indonesia.

Kedua adalah massa. 

Massa adalah raja. Youtuber dan selebgram tidak akan bisa besar tanpa ada sejumlah besar subscriber atau follower. 

Jika kata kunci ini diolah dengan baik maka memberi hasil seperti empat startup unicorn Indonesia yakni Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Mereka memiliki inovasi, intensif menggunakan teknologi informasi, serta jeli melihat kebutuhan masyarakat. Apalagi 250 juta rakyat Indonesia dengan lebih dari 100 juta pengguna telepon pintar merupakan pangsa pasar yang menjanjikan.

Maka perguruan tinggi juga berbenah diri dengan menyediakan lingkungan yang ideal bagi generasi Z. 

Presiden Joko Widodo dalam arahannya (08/10) menyatakan kecepatan adalah kunci memenangkan persaingan. Maka sudah selayaknya efisiensi birokrasi, regulasi yang semakin ringkas, serta diimbangi dengan pembelajaran yang menjadi ciri khas generasi Z menjadi hal-hal yang tidak terelakkan. 

Generasi Z perlu dilayani betul karena mereka adalah masa depan bangsa.

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Economic Complexity Index: Indonesia

Innovation-Driven Economic Development for Inclusive Well-being: Assessing Household Resilience to Economic Shocks

Dua Sisi #KaburAjaDulu

Robustness Check

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Publikasi Ilmiah bagi Mahasiswa: Urgensi, Tantangan, dan Solusi