Selamat Hari Pendidikan Nasional

Wacana dosen asing menunjukkan adanya dinamika pasar tenaga kerja telah sampai pada dunia pendidikan tinggi. Pekerja yang berkualitas akan mudah berpindah antar negara, menjadi pendorong semangat dan sekaligus ancaman bagi pekerja dalam negeri. 

Lebih mendalam, kehadiran dosen asing menunjukkan bahwa pemerintah secara nyata mengakui kurangnya kompetensi dosen di Indonesia. Kompetensi ini penting terutama di dunia pendidikan dimana ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, menuntut adanya pembaharuan paradigma, teori, atau alat ukur yang dipakai. 

Tanpa adanya kompetensi memadai, para dosen di Indonesia hanya akan sekedar mengaplikasikan ilmu dan menjadikan Indonesia sebagai lokasi penelitian, tanpa ada peluang dihasilkannya teori atau metode baru.

Namun demikian, rendahnya kompetensi hendaknya tidak hanya ditumpukan pada diri dosen di Indonesia karena mereka juga bernaung pada manajemen dan peraturan perundangan yang berlaku. 

Kegagalan dalam manajemen atau ketidaktepatan peraturan juga akan berpengaruh karena kedua hal itulah yang menentukan arah kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia.

Keterbatasan pengembangan kompetensi dosen tidak terlepas dari beban Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi tiga bidang utama yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian, dan satu bidang penunjang. 

Setiap dosen harus melakukan kegiatan di bidang pendidikan seperti mengajar serta membimbing dan menguji tugas akhir. Penelitian berarti dosen harus meneliti. Pengabdian berarti dosen harus mengaplikasikan ilmunya ke masyarakat. Terakhir, bidang penunjang, berarti dosen aktif di kegiatan-kegiatan selain di tiga bidang sebelumnya, baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi tempat dia bernaung.

Beban kinerja tersebut seharusnya dapat mendukung pengembangan kompetensi dosen. Namun perlu kajian sejauh mana beban kinerja dosen justru mendistorsi dia dari urusan pengembangan kompetensi. Jika perlu, lakukan eksperimen dimana ada perguruan tinggi tertentu yang khusus bertugas untuk meningkatkan kompetensi dosen tanpa ada kegiatan lain yang bersifat disruptif. 

Jenis kompetensi yang dibutuhkan bisa diketahui dari studi banding atau mengundang diaspora Indonesia yang sukses berkarir sebagai dosen di luar negeri. Adanya diaspora Indonesia di luar negeri juga menunjukkan orang Indonesia sebenarnya mampu berkompetisi di dunia internasional asalkan diberi perlakuan yang tepat. 

Selain itu, pemerintah jangan hanya berkutat pada kuantitas, bukan kualitas. Meski kuantitas lebih mudah diukur, namun pengabaikan kualitas akan membawa dampak negatif yang justru akan terlihat dalam jangka panjang.

Contohnya adalah pemerintah punya target sejumlah publikasi internasional pada satu tahun, tapi nyaris menutup mata tentang kualitas artikelnya. Padahal artikel yang berkualitas adalah saat ia punya dampak bagi ilmu pengetahuan.

Contoh lainnya adalah saat pemerintah punya target jumlah mahasiswa baru harus selalu naik (karena mengindikasikan terbukanya kesempatan untuk kuliah), tapi pemerintah kurang peka bagaimana kualitas input  dan kualitas proses pengajaran. 

Akhirnya, karena atasan hanya menghendaki kuantitas, pekerja pada tingkat bawah juga akan mementingkan kuantitas. Kualitas menjadi terabaikan.

Hal ini akan merugikan semua pihak. Keilmuan dosen tidak berkembang. Mahasiswa rugi karena realita perguruan tinggi jauh dari ekspektasi. Dunia usaha rugi, karena selembar ijasah calon pelamar tidak merefleksikan kompetensi yang dimiliki. Pemerintah juga rugi, karena kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak kunjung menjadi lebih baik.

Maka, peringatan hari pendidikan nasional tahun ini harus menjadi momentum untuk perbaikan kualitas pendidikan tinggi secara menyeluruh sehingga paradigma yang harus dibangun adalah kenapa tidak Indonesia yang mengekspor dosen ke luar negeri?

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

KKN di Desa Penari

Palma Ratio Indonesia

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Generasi Hutang: Literasi Keuangan dan Kekayaan Rumah Tangga

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?