Kesinambungan Industri Pariwisata Indonesia




Akhir-akhir ini ada peningkatan aktivitas di forum diskusi di Tripadvisor, salah satu website perjalanan dan restoran terbesar di dunia. Pada bulan Agustus 2018, ada sekitar 60 topik aktif setiap hari yang khusus membahas segala hal tentang pariwisata di Indonesia. Angka ini jauh di atas kondisi di awal tahun 2018, yang berkisar 40 topik per hari.  

Tipikal mereka yang masuk ke forum ini adalah mereka yang membahas topik yang sangat spesifik, atau juga mereka yang baru akan pertama kalinya berkunjung ke Indonesia.

Bagi mereka yang baru pertama kali ke Indonesia, seringkali membutuhkan teman untuk bertukar pikiran atau memberi komentar tentang rencana perjalanan mereka.

Peningkatan jumlah aktivitas ini dapat diindikasikan sebagai indikator awal semakin banyak warga dunia semakin berminat tentang Indonesia. Meski biasanya mereka baru akan ke Indonesia beberapa bulan lagi atau bahkan satu tahun mendatang. Tentu, indikator ini masih sangat kasar untuk memberi gambaran minat wisatawan asing tentang Indonesia. 

Tapi bukan ini yang menjadi isu utama artikel ini, melainkan pada masih munculnya komentar atau pengalaman negatif tentang dunia pariwisata di Indonesia.

Momen yang menyedihkan adalah saat ada pengunjung yang berbagi cerita tentang hal buruk yang mereka alami di Indonesia; bukan berkaitan dengan banyaknya nyamuk di penginapan atau keterbatasan sarana melainkan perlakuan buruk yang diberikan oleh orang Indonesia itu terhadap wisatawan. 

Ada banyak cerita yang beredar, seperti adanya mark up harga terlalu tinggi, kecurangan di tempat penukaran uang asing, pungutan liar menjelang masuk lokasi wisata, pemaksaan untuk naik kendaraan umum tertentu, atau bahkan ditinggal oleh pemimpin perjalanan. 

Meski pemerintah atau warga setempat dapat berkilah bahwa hal tersebut dilakukan oleh oknum tertentu, namun citra buruk sudah terlanjur melekat atas satu tempat tertentu, dan malangnya, informasi tersebut sudah beredar di internet.

Sang pelaku bisa saja dapat dengan mudah mendapat tambahan keuntungan finansial secara mendadak. Warga setempat mungkin malah menganggap hal yang lumrah. Dan di sisi lain, para pengunjung enggan melapor ke pihak berwenang. 

Namun karena saat ini persebaran informasi berlangsung sangat cepat, hal negatif tentang Indonesia dapat diketahui dalam hitungan detik atau menit oleh wisatawan potensial di belahan bumi yang lain.

Ada keniscayaan bahwa industri pariwisata adalah bisnis berbasis kepercayaan dan jaringan. Kesuksesan dan kesinambungan bisnis adalah hasil dari pengguna yang puas dan sukarela berbagi cerita dengan calon wisatawan lainnya. 

Saat ada satu noda di bisnis ini, maka wisatawan enggan datang. Maka, tak heran ada tempat-tempat wisata yang pamornya mulai meredup. Dan pada umumnya, meredupnya tempat wisata tersebut berawal dari masalah sumber daya manusia. Biasanya berawal dari keluhan tempatnya kurang bersih dan tidak terawat, pengelola usaha tidak peka akan kebutuhan pengunjung, atau bahkan warga atau pelaku usaha yang suka memalak wisatawan.

Maka, dibutuhkan peran serta warga untuk mendukung pariwisata di Indonesia dengan cara tidak berbuat hal yang negatif terhadap pengunjung dan alam sekitar. 

Indonesia memiliki karunia alam luar biasa. Ada banyak potensi wisata yang bisa dijual. Kepentingan agar bisnis terus berjalan berkesinambungan hendaknya tidak boleh dirusak oleh kepentingan sesaat.

(Thomas Soseco)


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check