Tips Membawa Bagasi Pindahan ke Luar Negeri

Sumber: ixigo.com


Urusan pindah ke negara lain, misalnya untuk studi, membutuhkan kecermatan untuk urusan bagasi agar kita bisa memaksimalkan jumlah barang yang dibawa dan sekaligus tidak terbebani biaya bagasi atas barang-barang yang seharusnya tidak perlu dibawa karena dapat dengan mudah ditemukan di negara tujuan.

Berikut beberapa tipsnya:

Pertama, tidak perlu membawa semua barang karena sejatinya semua barang kebutuhan kita juga tersedia di negara tujuan. Bisa jadi malah beberapa barang tertentu bisa dibeli dengan harga murah dan dengan kualitas lebih baik di negara tujuan .

Namun, jika kita sudah punya barang yang dibutuhkan lebih baik bawa sendiri dari daripada harus beli di negara tujuan yang justru memakan waktu dan belum tentu cocok.

Contohnya bawa pakaian (atasan dan bawahan) formal, kasual, dan olahraga. Juga bawa sepatu formal, kasual, dan olahraga.

Kedua jenis barang tersebut seyogyanya sudah dibawa dari tempat asal. Meski membawa tidak terlalu banyak, kita masih bisa punya waktu untuk memilih dan berjaga-jaga sekiranya ukuran atau jenis bahan yang dicari tidak tersedia di negara tujuan.

Kedua, tentukan barang-barang esensial yang perlu dibawa dari Indonesia yang kelak tidak perlu dibawa kembali pulang saat sudah selesai masa studi. 

Contohnya untuk alat tulis kantor, barang elektronik, perlengkapan dapur, dan perlengkapan personal, cukup bawa yang esensial. Setelah selesai studi, barang-barang tersebut bisa ditinggal/ dihibahkan di luar negeri. 

Ketiga, hindari membawa barang yang makan tempat alias bulky. Akan jauh lebih efektif jika membeli barang dengan ukuran kecil namun memiliki harga relatif mahal.

Contohnya tidak perlu membawa tisu atau kapas kecantikan dari Indonesia karena bulky. Atau tidak perlu membawa beras, mi instan, atau teh kotak karena makan tempat. 

Lebih baik membawa barang yang kecil, tidak makan tempat, namun harganya relatif mahal seperti perawatan tubuh/ personal hygiene (sikat gigi, pasta gigi, deodoran), perawatan kecantikan (krim wajah, body lotion), atau bumbu masak instan yang belum tentu bisa mudah ditemukan di luar negeri.

Keempat, tidak usah memaksakan diri mencari barang yang sulit ditemukan (kurang populer) di Indonesia yang diperkirakan akan dipakai di negara tujuan.

Contohnya sulit mencari jaket dan sepatu boot untuk musim dingin untuk negara-negara empat musim. Meski kita bisa mendapatkannya di Indonesia, belum tentu kedua barang tersebut sesuai (mampu mengatasi) dengan kondisi cuaca saat musim dingin di negara tersebut.

Contoh lain adalah body lotion atau sunblock yang dijual di Indonesia belum tentu cocok atau memberikan hasil maksimal untuk dipakai di negara tujuan karena perbedaan cuaca, kelembapan udara, serta intensitas sinar ultraviolet.

Kelima, merek dalam negeri atau merek asing?

Untuk barang-barang dengan kualitas yang sama di Indonesia, urutan harga termurah adalah barang-barang dengan merek dalam negeri (locally produced goods), kemudian disusul dengan barang dengan merek asing yang diproduksi di dalam negeri (locally produced goods with license from foreign), dan yang terakhir adalah barang impor (imported goods). 

Barang-barang dengan merek dalam negeri (locally produced goods) bisa murah karena selain diproduksi secara lokal, tidak ada transfer keuntungan untuk pemegang merek di luar negeri; semua keuntungan untuk masyarakat lokal. 

Sementara barang dengan merek asing yang diproduksi di Indonesia (locally produced goods with license from foreign) biasanya sedikit lebih murah dibandingkan dengan bila produk ini dijual di luar negeri karena biaya transportasi yang lebih murah karena dekat dengan pasar.

Sementara barang impor (imported goods) yang dijual di Indonesia memilki harga yang mirip atau bahkan lebih mahal dengan di luar negeri; yang membedakan adalah komponen pajak, biaya transportasi, dan keuntungan untuk importir.

Keenam, kenali barang-barang yang dilarang dibawa masuk (prohibited goods) ke negara tujuan, terkait jenis dan kuantitas barang. Di banyak negara, pihak petugas perbatasan akan melakukan pengecekan jenis dan kuantitas barang yang dibawa oleh penumpang. 

Beberapa negara melarang masuknya buah dan sayur segar (karena berpotensi membawa penyakit bagi tanaman lokal). Negara-negara lain, misalnya membatasi jumlah rokok yang bisa dibawa masuk. Pelanggaran akan peraturan tersebut akan berujung pada pemusnahan barang-barang yang melanggar dan potensi terkena denda.  

Terakhir, patuhi ketentuan batas maksimum bagasi dari setiap maskapai. Pada umumnya, setiap penumpang di kelas ekonomi di penerbangan internasional mendapat jatah bagasi kabin sebanyak 7 kg dan jatah bagasi tercatat sebanyak 30 kg. Dengan mematuhi batas maksimum ini, kita bisa terhindar dari biaya kelebihan bagasi yang nilainya lebih mahal dari tarif penerbangan domestik.

Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

Palma Ratio Indonesia

KKN di Desa Penari

Daya Beli Masyarakat, in this Economy: Dunia Usaha dan Perspektif Ekonomi Makro

Berapa Rata-Rata Kekayaan Rumah Tangga di Indonesia?

Robustness Check