Publikasi Karya dan Indeksasi Jurnal

Publikasi karya ilmiah penting bagi pada akademisi karena menunjukkan kepakaran seseorang, melatih alur berpikir logis untuk bisa menghasilkan karya ilmiah berkualitas, dan mendorong akademisi terus belajar dan berkembang.

Publikasi karya ilmiah juga bagian dari upaya agar tetap eksis dalam dunia akademis. Tanpa adanya karya ilimah, ia akan “hilang dari peredaran”. Dengan kata lain, seseorang punya pilihan “Publish or Perish”. 

Saat seorang peneliti memiliki artikel yang siap untuk dipublikasikan, maka ia akan dihadapkan pada pertanyan penting berikutnya: Mau publikasi dimana? Publikasi di jurnal terindeks apa? Pemahaman akan indeksasi jurnal kemudian akan menuntun kita untuk selektif memilih jurnal yang berkualitas dan yang tidak berkualitas. 

Indeksasi Jurnal 

Indeksasi jurnal adalah proses pencatatan dan pengklasifikasian jurnal ilmiah oleh lembaga pengindeks atau basis data tertentu. Beberapa nama pengindeks jurnal seperti Scopus, Web of Science, Directory of Open Access Journals (DOAJ), atau Science and Technology Index (SINTA). 

Ketika sebuah jurnal terindeks, artinya jurnal tersebut telah lolos seleksi dan memenuhi standar tertentu yang ditetapkan oleh lembaga pengindeks tersebut, seperti kualitas editorial, etika publikasi, transparansi proses review, dan dampak ilmiah.

Indeksasi penting karena beberapa hal: (1) Menjamin kualitas: Indeksasi menunjukkan bahwa jurnal menjalankan proses peer-review yang ketat dan mengikuti standar akademik; (2) Meningkatkan visibilitas: Jurnal yang terindeks mudah ditemukan oleh peneliti lain; (3) Meningkatkan sitasi: Artikel dalam jurnal terindeks lebih sering disitasi karena lebih mudah diakses dan dipercaya; (4) Penting untuk karier akademik: Banyak perguruan tinggi dan lembaga riset mensyaratkan publikasi di jurnal terindeks sebagai bagian dari promosi jabatan fungsional, beasiswa, atau hibah penelitian.

Proses Review: Double-blind dan Single -blind

Double-blind dan single-blind adalah dua metode dalam proses peer review (tinjauan sejawat) yang digunakan dalam publikasi jurnal ilmiah. Keduanya berkaitan dengan apakah identitas penulis dan reviewer saling diketahui atau tidak.

Double-blind review berarti penulis tidak tahu siapa reviewernya dan reviewer juga tidak tahu siapa penulisnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga objektivitas dan keadilan dalam proses review. Reviewer bisa menilai naskah tanpa terpengaruh reputasi, institusi, atau asal penulis, dan penulis tidak bisa mencoba memengaruhi reviewer secara pribadi.

Kelebihan pendekatan ini adalah minim bias (nama, afiliasi, gender, atau negara penulis tidak diketahui reviewer). Juga lebih adil untuk penulis muda atau dari negara berkembang. Sementara kekurangan pendekatan ini adalah kadangkala identitas penulis bisa “terbaca” dari gaya penulisan, rujukan, atau topik spesifik.

Di sisi lain, single-blind review berarti reviewer tahu siapa penulisnya tapi penulis tidak tahu siapa reviewernya. Hal ini bertujuan untuk melindungi reviewer dari tekanan atau intervensi penulis, tapi tetap memungkinkan reviewer mempertimbangkan reputasi atau rekam jejak penulis.  

Kelebihan pendekatan ini adalah reviewer bisa menilai kualitas berdasarkan konteks (misalnya, jika penulis memang ahli di bidang tersebut). Namun kekurangan pendekatan ini adalah risiko bias lebih tinggi karena reviewer tahu identitas penulis.

Beberapa jurnal sekarang juga menerapkan open peer review, di mana kedua pihak saling mengetahui identitas dan komentar bisa dipublikasikan bersama artikel. Contohnya: https://f1000research.com/. 

Dampak Indeksasi terhadap Reputasi Jurnal, Penulis, dan Lembaga

Untuk Jurnal: (1) Jurnal yang berhasil masuk indeks internasional seperti Scopus atau Web of Science akan mendapatkan pengakuan global, meningkatkan peringkat akreditasi nasional, dan menarik naskah berkualitas tinggi dari penulis dalam dan luar negeri; (2) Meningkatkan dampak ilmiah melalui metrik seperti Impact Factor atau CiteScore.

Untuk Penulis: (1) Publikasi di jurnal terindeks akan meningkatkan profil akademik, memperluas jaringan kolaborasi, dan memperbesar peluang mendapatkan dana riset, beasiswa, atau promosi jabatan; (2) Menunjukkan bahwa karya ilmiah yang dihasilkan diakui dan valid secara akademik, serta menjadi bagian dari literatur global yang memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.

Untuk Lembaga: (1) Artikel yang dipublikasi di jurnal yang terindeks akan menunjang reputasi riset lembaga; (2) Semakin tinggi reputasi lembaga akan menarik talenta lebih berkualitas (mahasiswa dan pengajar), dana riset lebih banyak, dan peluang kolaborasi riset dengan lembaga lain yang juga bereputasi tinggi.

Beberapa contoh indeksasi internasional adalah Scopus, Web of Science, dan Directory of Open Access Journals (DOAJ). Sementara indeksasi jurnal nasional adalah SINTA.

Strategi Menembus Jurnal Terindeks

Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan agar artikel kita dapat diterima di jurnal terindeks. Tentu, semakin tinggi peringkat jurnal tersebut atau semakin bereputasi lembaga pengindeks-nya maka semakin besar effort yang diperlukan.

Pertama, dari aspek artikel yakni penulis perlu membuat artikel yang berkualitas. Diperlukan beberapa hal untuk membuat artikel yang berkualitas, yakni: (1) Artikel berkualitas dimulai dari tiga pilar: best available data, most advanced methods, dan robust results; (2) Mengutip referensi terbaru dan relevan; (3) Menghindari plagiarisme dan self-plagiarism; (4) Melakukan revisi dan proofreading secara menyeluruh; (5) Menggunakan tools yang relevan seperti Grammarly (pengecekan grammar), Mendeley, Endnote (reference manager), Turnitin (cek similarity).

Kedua, dari aspek submission, peneliti perlu: (1) Memilih jurnal yang sesuai dengan topik; (2) Menulis dengan struktur dan gaya akademik yang sejalan dengan jurnal yang dituju; (3) Melengkapi submission dengan berkas-berkas penunjang yang diminta oleh editor seperti cover letter, biografi penulis, acknowledgement dan funding sources, serta ORCID ID; (4) Menindaklanjuti proses peer review dalam durasi yang ditentukan.

Tantangan dan Etika Publikasi

Terdapat beberapa tantangan dalam proses penerbitan artikel. Pertama, proses peer-review yang panjang dan melelahkan. Hal ini termasuk juga adalah permintaan reviewer tidak bisa dipenuhi semuanya. Pada proses peer-review ini, status naskah yang dapat berupa submitted, under review, revise and resubmit, accepted. Selama belum accepted, maka penulis belum berada pada posisi aman; bisa jadi setelah second round review, manuskrip malah ditolak (rejected).

Kedua, durasi peer review yang memakan waktu bervariasi antara satu jurnal dan jurnal lain. Pada umumnya, jurnal yang melibatkan proses review ketat, proses publikasi bisa mencapai 1-2 tahun.

Ketiga, adanya jurnal predator. Jurnal tipe ini menjanjikan artikel akan dipublikasi dalam waktu singkat, tanpa proses review ketat, atau peer review ringan, dan cenderung berorientasi untuk menarik manuskrip sebanyak-banyaknya (contohnya frekuensi penerbitan > 2x setahun, setiap edisi >10 manuskrip).

Keempat, etika penulisan ilmiah yang seringkali dilanggar seperti plagiarism, ghost author, Gift Authorship (memasukkan seseorang sebagai penulis dalam suatu karya ilmiah padahal ia tidak memberikan kontribusi substansial terhadap penelitian atau penulisan). Gift authorship terjadi ketika seseorang dicantumkan sebagai penulis karena jabatan atau statusnya, karena hubungan pribadi atau professional, atau karena telah memberikan dana atau fasilitas, tanpa kontribusi ilmiah langsung.

Kelima, akses jurnal yang open access vs subscription-based. Jurnal open access berarti biaya pengelolaan jurnal dibebankan kepada penulis. Maka, setelah artikel terbit, akses untuk membaca dan mengunduh artikel dibuka secara luas. Setiap orang dapat mengakses artikel tersebut. Sementara jurnal subscription-based berarti biaya pengelolaan jurnal akan bersumber dari biaya berlangganan (baik individual atau instansi). Implikasinya, tidak semua orang yang bisa mengakses artikel yang terbit di jenis jurnal seperti ini. Hanya mereka yang memiliki akses berlangganan yang bisa mengakses. 

Tips Praktis

Beberapa tips untuk menunjang menulis manuskrip dengan baik: (1) Menulis secara rutin (writing habit); (2) Bergabung dalam kelompok riset atau kolaborasi penulisan. Dalam kelompok tersebut biasanya akan ada anggota yang lebih senior yang bertindak sebagai mentor; (3) Mengikuti workshop dan pelatihan publikasi; (4) Manfaatkan hibah dan insentif publikasi dari kampus; (5) Mengikuti lomba penulisan artikel ilmiah di luar kampus.

Penutup

Publikasi karya ilmiah bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan bagian dari proses membangun reputasi, kontribusi, dan eksistensi dalam komunitas keilmuan. 

Memahami indeksasi jurnal, proses peer review, hingga perbedaan antara open access dan subscription-based menjadi bekal penting agar publikasi tidak hanya selesai di meja editor, tetapi juga berdampak dan bergaung di ruang akademik global (TS).


Note: Sebagian materi ini dipresentasikan pada Pelatihan Publikasi Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Berkebutuhan Khusus dan Mahasiswa Pendamping. Malang, 2 Juni 2025


Popular posts from this blog

Skewness dan Kurtosis

Privilege dan Kenapa Kerja Keras saja Tidak Cukup

Piramida Distribusi Kekayaan Masyarakat Indonesia

IFLS: Mencari Variabel

Robustness Check

Pelayanan Publik Gratis atau Berbayar?

Peta Kemiskinan Kabupaten Malang