Kalau Mau Kampus Naik Peringkat, Mulailah dari Karya Ilmiah Dosen
Pemeringkatan perguruan tinggi itu penting untuk melihat posisi kita dibanding perguruan tinggi lain. Tanpa mekanisme pemeringkatan, kinerja yang kita anggap sudah baik bisa jadi ternyata masih lebih rendah dibanding perguruan tinggi lain yang memiliki kinerja yang ternyata jauh lebih baik.
Dua pemeringkatan perguruan tinggi yang utama adalah QS World University Ranking dan THE World University Ranking.
Kunci dari komparasi ini adalah membandingkan hal-hal yang bisa dibandingkan antar perguruan tinggi. Untuk setiap lembaga pemeringkatan tersebut, selalu ada aspek riset, yakni jumlah publikasi dan sitasi setiap dosen, yang menjadi komponen penilaian.
Kinerja Karya Ilmiah di Indonesia
Kinerja karya ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan kepangkatan dosen, baik asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor.
Syarat publikasi bagi dosen di Indonesia untuk Beban Kinerja Dosen (BKD) tertuang pada Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah, sebagai berikut:
Asisten Ahli: Menghasilkan minimal 2 (dua) publikasi di jurnal nasional tidak terakreditasi sebagai penulis pertama; atau Menjadi anggota dalam publikasi 1 (satu) naskah di jurnal nasional terakreditasi (sebagai penulis anggota) dalam periode maksimal 3 (tiga) tahun.
Lektor Kepala: Menghasilkan minimal 2 (dua) publikasi di jurnal internasional sebagai penulis utama dalam periode maksimal 3 (tiga) tahun; atau Menjadi penulis anggota dalam 2 (dua) jurnal internasional bereputasi dalam periode maksimal 3 (tiga) tahun.
Professor: Menghasilkan sejumlah naskah publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi atau setara sebagai penulis pertama dan corresponding author (catatan; corresponding author bisa lebih dari satu orang) dalam periode maksimal 3 (tiga) tahun; dan Menuliskan dan mempublikasikan buku dari pemikiran atau penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk buku yang didefinisikan oleh perguruan tinggi sesuai dengan bidang kompetensi dalam periode maksimal 6 (enam) tahun dan direviu oleh tim ahli yang relevan di bidangnya.
Kemudian syarat publikasi juga diperlukan untuk kenaikan pangkat seperti tertulis di PO PAK 2024. Penilaian ini juga berbeda untuk setiap jenjang kepangkatan.
Lektor: Publikasi Karya Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi peringkat 3, atau peringkat 4, atau peringkat 5, atau peringkat 6 sebagai penulis pertama.
Lektor Kepala: Magister: Publikasi 1 (satu) Karya Ilmiah Jurnal Internasional terindeks Scopus dan WoS sebagai penulis pertama; Doktor: Publikasi 1 (satu) Karya Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi peringkat 1 atau peringkat 2, atau 1 (satu) Karya Ilmiah lebih tinggi sebagai penulis pertama.
Profesor: Publikasi minimal 1 (satu) Karya Ilmiah/Artikel Jurnal Internasional bereputasi sebagai penulis pertama. Terindeks Scopus (SJR >O.10) atau WoS Clarivate Analytics (JIF>O.OS).
Di sini terlihat kepangkatan lebih tinggi menuntut kualitas artikel yang lebih tinggi juga. Dan artikel yang berkualitas tinggi itulah yang akan menjadi penilaian dalam pemeringkatan perguruan tinggi. Merujuk pada metodologi QS dan THE, mereka menggunakan data bersumber dari database SCOPUS.
Implikasinya, tidak semua artikel yang diproduksi oleh civitas akademika pada periode waktu tertentu, pada rentang yang lebar mulai dari Sinta sampai jurnal internasional, dan jurnal internasional bereputasi (dari database SCOPUS) akan dipakai dalam pemeringkatan QS dan THE di atas.
Penulis Pertama (First Author)
Fokus kemudian perlu diarahkan pada karya ilmiah dimana peneliti tersebut sebagai penulis pertama (first author). Selain untuk kebutuhan BKD dan PO PAK tadi, posisi penulis pertama dalam karya ilmiah penting karena beberapa hal:
Pertama, posisi penulis pertama menunjukkan kekhasan atau fokus riset seseorang.
Kedua, posisi sebagai penulis pertama juga menunjukkan bahwa kekuatan jejaring dan tim penelitian yang bisa digerakkan.
Ketiga, jumlah artikel dimana seorang peneliti sebagai penulis pertama biasanya lebih sedikit daripada jumlah artikel dimana ia sebagai penulis anggota (co-author). Hal ini terjadi karena lebih mudah bagi seseorang untuk diajak menulis bersama atau terlibat dalam penulisan artikel mahasiswa bimbingannya daripada ia yang harus menginisiasi tulisan.
Maka, fokus untuk meningkatkan jumlah artikel dimana peneliti adalah penulis pertama biasanya juga akan secara serta merta menghasilkan lebih banyak artikel dimana peneliti tersebut sebagai penulis anggota. Dan bukannya sebaliknya; fokus pada artikel dimana peneliti sebagai penulis anggota belum tentu akan secara serta merta menghasilkan lebih banyak artikel lain dimana ia sebagai penulis pertama.
Pembahasan di bawah ini adalah di dalam konteks artikel ilmiah jurnal internasional bereputasi (SCOPUS) dengan peneliti tersebut sebagai penulis pertama.
Kepala dan Ekor
Ketimpangan produktivitas karya ilmiah dapat ditunjukkan dengan kepala (head) dan ekor (tail) dalam suatu kurva distribusi volume karya ilmiah. Gambar 1 menunjukkan kepala (head) digambarkan dengan warna hijau dan ekor (tail) diberi warna kuning. Sementara sumbu vertikal adalah jumlah publikasi dan sumber horizontal adalah jumlah individu.
Kepala (head) bermakna orang-orang yang jumlahnya sedikit namun berkontribusi besar bagi volume karya ilmiah di sebuah perguruan tinggi. Sementara ekor (tail) adalah orang-orang yang jumlahnya banyak namun berkontribusi kecil bagi volume capaian karya ilmiah.
Karakteristik orang-orang yang ada di kelompok kepala (head) adalah orang-orang yang memiliki kepangkatan tinggi (karena tuntutan kepangkatan harus menghasilkan artikel berkualitas tinggi) atau orang-orang dengan kepangkatan lebih rendah namun yang memiliki produktivitas tinggi.
Sementara kelompok ekor (tail) yakni dosen baru, dosen dengan kepangkatan lebih rendah, atau dosen dengan kepangkatan tinggi namun memiliki produktivitas rendah.
Ketimpangan produktivitas ini bisa terjadi antar dosen dalam lingkup suatu perguruan tinggi atau antar dosen dalam lingkup jenjang akademik yang sama di lingkup suatu perguruan tinggi.
Maka, karena di setiap jenjang kepangkatan akan ada kepala (head) dan ekor (tail), proporsi kelompok kepala (head) harus semakin besar dari waktu ke waktu, baik jumlah anggota maupun volume publikasi.
Hal ini juga membawa implikasi harus selalu ada pergeseran orang-orang dari kelompok ekor (tail) menjadi kelompok kepala (head).
Untuk dapat membesarkan proporsi kelompok kepala (head) dan mendorong lebih banyak anggota di kelompok ekor (tail) yang berpindah, maka perlu mengidentifikasi faktor-faktor penghambat.
Pertama, perlu mengidentifikasi masalah kenapa produktivitas karya ilmiah (SCOPUS dan sebagai penulis pertama) rendah, misalnya apakah keterbatasan penulis dalam keterampilan menulis, keterbatasan akses literatur dan data, atau lainnya.
Kedua, individu dan lembaga perlu menyusun skala prioritas kegiatan karena kita perlu menyadari bahwa sumber daya yang dimiliki peneliti (seperti waktu, energi, dan tenaga) juga terbatas. Logikanya adalah hendaknya kegiatan-kegiatan yang tidak berdampak positif dan signifikan bagi produktivitas karya ilmiah harus ditempatkan menjadi prioritas rendah.
Ketiga, perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dalam penulisan karya ilmiah dan bukannya sibuk mengutak-atik strategi (baca: birokrasi) sementara sumber daya yang tersedia stagnan.
Hal ini seperti analogi kereta kuda yang terjebak di lumpur seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Obvious Solution versus Corporate Solution
Saat kereta kuda ingin keluar dari jebakan lumpur, solusi nyata yang dibutuhkan adalah menambah kuda dan bukannya menambahkan jumlah kusir sementara jumlah kudanya adalah tetap.
Dalam konteks karya ilmiah tadi, penambahan jumlah kuda berarti semakin banyak dosen yang memiliki kinerja yang lebih tinggi dari sebelumnya atau semakin banyak tambahan dosen baru untuk menggenjot jumlah karya ilmiah.
Hal ini berarti kelompok kepala (head) harus "dirawat" agar mereka semakin produktif. Kelompok ekor (tail) harus didorong agar mereka menjadi kepala (head) dan tidak selamanya tetap menjadi ekor. Adapun tambahan personil bisa langsung ditempatkan di kelompok kepala (head) atau ekor (tail) sekalipun namun harus terus meningkatkan produktivitasnya.
Penutup
Produktivitas tinggi dalam publikasi karya ilmiah menjadi hal yang tidak terelakkan bagi para dosen. Bagi perguruan tinggi, perlu mengatasi ketimpangan produktivitas karya ilmiah agar produktivitas tinggi tetap terjaga dan ada lebih banyak dosen yang bisa meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, kalau mau kampus naik peringkat, mulailah dari karya ilmiah dosen (TS).
Referensi
https://support.qs.com/hc/en-gb/articles/360019107580-Citations-per-Faculty-Indicator
https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/world-university-rankings-2024-methodology
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah. https://lldikti3.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2024/10/Salinan-KM-500_M_2024-TTD-Share_241022_100750.pdf
Kepmendikbudristek Nomor 209/P/2024 (PO PAK 2024). https://lldikti3.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2024/07/Kepmendikbudristek-Nomor-209-Tahun-2024-Tentang-Petunjuk-Teknis-Pelaksanaan-Layanan-Pembinaan-dan-Pengembangan-Profesi-dan-Karier-Dosen.pdf