Posts

Bodoh (?)

Image
Artikel mojok.co (31/03) menampilkan cerita tentang murid yang dicap bodoh di sekolah, yang selalu berada di peringkat 10 terendah di kelas, yang diterima di Universitas Brawijaya (UB) melalui jalur SNBP (dahulu SNMPTN) (Sumber: mojok.co ). Bukannya pujian, namun malah cemooh yang datang dari guru-guru di sekolah. Tidak ada sambutan apapun karena tidak ada yang menyangka ia justru bisa masuk UB dan menyingkirkan nama-nama lain yang digadang-gadang lolos SNBP. Tentu saja akan ada pembelaan yang muncul: tidak ada murid yang bodoh; semua murid pintar.  Kita harus berpikir lebih jernih mengingat bodoh dan pintar itu relatif.  Seseorang akan disebut bodoh jika ia memiliki nilai lebih rendah dibanding kebanyakan teman-temannya. Sebaliknya, ia akan disebut pintar jika memiliki nilai lebih tinggi dibanding dengan kebanyakan teman-temannya. Ini adalah posisi relatif seseorang terhadap kelompoknya. Dalam statistik, posisi bodoh bisa dilambangkan dengan nilai ekstrim terendah yang lebih rendah da

Siapa yang Menikmati Kenaikan Pendapatan Terbesar di Musim Mudik?

Image
Musim mudik ditandai dengan lonjakan jumlah pemudik dan wisatawan yang membanjiri jalanan, tempat-tempat wisata, dan tempat makan.   Saking ramainya, hal ini bisa membatasi ruang gerak warga setempat. Bahkan hal ini dibuat meme dimana warga lokal hendaknya stay at home saja dan memberi ruang bagi wisatawan untuk berwisata, seperti berikut: Jika macet dan padat adalah indikator paling sederhana untuk menggambarkan peningkatan aktivitas ekonomi saat musim mudik, siapakah yang paling banyak menikmati kenaikan aktivitas ekonomi tersebut? 80/20 Rule – The Pareto Principle 80/20 Rule atau The Pareto Principle menyatakan bahwa di berbagai kejadian, sekitar 80% dampak disebabkan oleh penyebab yang berjumlah 20%. Hubungan 80/20 ini pertama kali dicatat oleh ekonom Italia Vilfredo Pareto pada tahun 1896. Vilfredo Pareto menunjukkan bahwa sekitar 80% tanah di Italia dimiliki oleh 20% penduduknya. Menurut Prinsip Pareto, sejumlah kecil kontributor dalam sebuah kelompok berkontribusi terbesar ata

Nothing is Overpriced. Kita Saja yang Terlalu Miskin

Image
Realita ketimpangan itu seperti yang ditemukan oleh salah satu calon presiden kita: pameran penjualan mobil ramai pengunjung, transaksi pembelian mobil mewah tinggi namun pada saat yang sama banyak orang yang masih mengantri untuk beli beras ( Tempo 23/02 ).  Beras yang termasuk kebutuhan pokok banyak dicari orang dan dikeluhkan jika harganya melambung tinggi dan lenyap di pasaran. Berbeda dengan mobil atau barang mewah lainnya yang harga tinggi pun masih akan ada peminatnya.    Di sini kita juga bisa mengamati tentang fenomena keterjangkauan atau affordability .   Ada sebagian orang mengalami kesulitan membeli komoditas yang harganya relatif murah sementara ada orang-orang lain yang tidak mengalami kendala untuk membeli komoditas yang harganya lebih mahal. Jika hal ini terus dibiarkan maka ketimpangan bisa akan semakin melebar. Akan tetap ada orang-orang yang tidak mampu membeli barang yang relatif murah tadi dan akan selalu ada orang-orang yang bisa membeli barang yang relatif mahal.

Apakah Kita Mengerjakan Hal-hal yang Berkontribusi Signifikan bagi Pemeringkatan Perguruan Tinggi?

Image
Kenapa tidak menulis blog untuk mendukung pemeringkatan perguruan tinggi? Pertanyaan ini akan muncul seiring dengan kebutuhan perguruan tinggi untuk mengembangkan platform blog-nya sendiri dan mencari para penulis blog untuk menunjang reputasinya. Jawabannya: apakah pengembangan blog berkontribusi positif dan signifikan bagi pemeringkatan perguruan tinggi? Pencarian jawaban atas pertanyaan ini penting agar kita juga bisa mengalokasikan sumber daya, baik waktu, tenaga, dan biaya untuk hal-hal yang lebih penting dan berkontribusi signifikan bagi pemeringkatan perguruan tinggi. Kita bisa melihatnya dari dari indikator penilaian Times Higher Education (THE) maupun QS World University Rankings (QS), dua pemeringkatan perguruan tinggi yang paling banyak dipakai.  THE dan QS   Kerangka pemeringkatan Times Higher Education (THE) maupun Quacquarelli Symonds/QS World University Rankings (QS) berbeda dalam metodologi dan penekanannya.  THE dan QS menggunakan metodologi yang berbeda untuk menilai

Seri Kajian Skema Pembiayaan Inovatif untuk Pembangunan Indonesia

Image
Pada hari Kamis, 4 Januari 2024, telah diluncurkan tiga volume buku "Seri Kajian Skema Pembiayaan Inovatif untuk Pembangunan Indonesia" yang merupakan hasil kolaborasi antara IIGF Institute dengan Mata Garuda, sebagai wadah bagi alumni LPDP.  Tiga volume buku ini membahas skema pembiayaan inovatif untuk pembangunan, seperti dana pensiun, dana filantropi, dan skema inovatif lainnya bermanfaat bagi Indonesia yang sedang berupaya untuk mempercepat pembangunan pemerataan infrastruktur berkualitas di seluruh negeri. Salah satu bab di Buku 1 berjudul Potensi Dana Pensiun dan Pembangunan Infrastruktur Perumahan di Indonesia merupakan buah pikiran dari Thomas Soseco, Ayu Dwidyah Rini, dan Anggari Marya Kresnowati.  Ketiga buku ini bisa diunduh di tautan berikut: https://institute.iigf.co.id/e-library/lainnya/67/seri-kajian-skema-pembiayaan-inovatif-untuk-pembangunan-indonesia-

Nilai Tambah Jasa Perparkiran

Image
Penciptaan nilai tambah ( value added ) atas suatu komoditas yang ditawarkan, baik barang dan jasa diperlukan untuk mencapai kepuasan konsumen yang lebih tinggi, mencapai pangsa pasar lebih luas, dan meningkatkan loyalitas konsumen. Jika tukang parkir adalah pihak produsen, maka sudah sejauh mana ia memberi nilai tambah bagi layanannya? Sampai saat ini, semakin banyak keluhan masyarakat atas profesi tukang parkir. Berbagai Keluhan Tukang parkir seperti hantu, tidak ada saat pengendara datang namun tiba-tiba muncul saat pengendara mau pergi.  Tukang parkir juga dikeluhan tidak memberi layanan semestinya seperti tidak memberikan karcis, menarik tarif di atas peraturan, atau tidak membantu merapikan kendaraan serta membantu pengendara.  Lebih jauh lagi, kekecewaan pelanggan seperti terungkap berikut: Kenapa semua tempat sekarang ada tukang parkirnya.  Kenapa berhenti sebentar saja kena parkir.  Kenapa duduk di jok motor menunggu teman berbelanja juga kena parkir. Bahkan satu artikel di mo

Terrible Dad Jokes in Stata

Image
Source: nola.com Recently, I found a terrible dad joke command in Stata (-dadjoke-). This command was released a few years ago (2020) and written by Shambhavi Priyam, Max Planck Institute for Research on Collective Goods. After the installation, you will find some jokes. Here are some examples: What does a house wear?                Address! What does a zombie vegetarian eat?                   'Graaaaaaaains!' What's an interesting feature of STATA contributed by its community!